BELAJAR MENIKMATI HIDUP DARI SEORANG PENJUAL CENDOL
Bisakah kita meyakini bahwa sesuatu yang tak enak yang terjadi pada kita adalah suatu rencana indah Allah kepada kita? Bisakah kita bersabar menjalani musibah tanpa keluhan dan bahkan menjalaninya dengan penuh senyuman sambil menunggu kisah selanjutnya yang belum usai? Bisakah kita terus berprasangka positif atas setiap tetes takdir yang getir menimpa kita? Jika jawabannya adalah "iya," maka termasuklah kita pada golongan orang yang beriman kepada takdir.
Seorang penjual cendol di bawah pohon gayam yang besar di depan pasar marah besar saat "pelting" tempat cendolnya dipecahkan anak-anak yang bermain terlalu bebas. Penjual cendol itu mengejar anak-anak itu untuk meminta ganti rugi. Lumayan, cendolnya masih banyak belum laku karena awan mendung pertanda hujan segera turun. Tak ada orang haus, sepertinya.
Penjual cendol itu marah sekali sambil setengah menangis sedih. Usianya yang sudah mjlai udzur menghalanginya untuk bisa mengejaranak kecil yang masih sehat dan sepi penyakit. Saat masih saling berkejaran, terlihat angin puting beliung menuju pasar dan mengangkat pohon gayan itu sampai akar-akarnya. Lalu tumbang. Banyak juga pedagang pasar yang menjadi korban,ada yang patah tulang dan ada yang meninggal.
Penjual cendol tak melanjutkan pengejaran itu. Dia kaget melongo dan diam sejenak sambil berbincang dengan akal dan hatinya: "Andai saya tak mengejar anak-anak itu maka saya mati. Andai anak-anak itu tak memecahkan waxah cendol maka tak mumgkin aku mengejarnya." Dia bersyukur karena telah diaelamatkan Allah dari kematian dengan cara Allah yang awalnya dikeluh sedihkan.
Penjual cendol memanggil anak-anak itu dengan santjn dan mengajak mereka berdamai minum cendol bersama. Jangan terus mengeluh atas musibah, mati saling menasehati untuk sabar menjalani kisah kehidupan kita. Kisah ini masih panjang, namun ijinkan saya minum cendol dulu. Sang penjual berterima kasih kepada saya karena menuliskan kisahnya demi menebar hikmah. Salam, AIM