"BELAJAR PADA MANUSIA LAUT"
Penyair bernama Ahmad Syawqi berkata dengan nada puitis: "Kulihat dirimu bagai lautan. Maka kulayarkan perahuku di sana." Tentu, berlayarnya perahu bukan untuk mengeruk dengan tamak apa yamg ada dalam lautan, melainkan hanya untu menghiasi, menemani dan menjadikannya lebih indah. Laut yang bahagia tak akan diam seribu bahasa, ia akan membalasnya dengan kesyahduan dan kedermawanan.
Pelaut hidup dari laut. Hanya mereka yang tak paham laut yang berkendak merusah laut. Ikan laut yang kita makan adalah dari laut. Garam penyedap makanan kita juga berasal dari laut. Rumput laut yang kita konsumsi adalah dari laut. Beberapa perhiasan hidup kita adalah juga dari laut. Laut adalah kedermawanan penuh ketulusan. Laut adalah sumber energi kehidupan.
Dalam kehidupan nyata? Siapakah laut? Laut adalah para mereka yang berdada segara, mereka yang telah sampai pada pangkat menerima kehidupan dengan penuh kebijakan. Laut adalah para mereka yang mau menampung kehadiran berbagai makhluk tanpa keluhan, mulai dari bangkai, kotoran sampai pada permata dan berlian. Semuanya dihadapi dengan biasa-biasa saja. Dihempaskannya yang kotor ke bagian pinggir laut, sementara di kedalaman tengah laut adalah ikan segar berharga dan mutiara bernilai mulia. Laut adalah para mereka yang hatinya tulus mulia yang pantang membuat orang lain menderita.
Pujangga lain berkata: "Hati terbersih adalah hati yang saat mendengar kabar ada derita, maka bersegeralah ia untuk menjadi penghibur dan pembahagia." Sudahkah kita sampai pada pangkat hati seperti ini? Marilah kita belajar kepada para mereka yang luas dadanya seluas lautan, manusia tanpa keluhan. Salam, AIM@persiapan ngajar UINSA