BENARKAH BAHWA SEMAKIN BANYAK PILIHAN AKAN SEMAKIN MEMBAHAGIAKAN?

Sering kita dengar: "Enak ya jadi orang kaya, mau pilih makanan apa saja keturutan, mau ke mana saja tinggal pilih, mau memakai yangmana saja tinggal tunjuk. Enak dan bahagia hidup mereka." Apakah salah komentar itu? Bisa jadi benar, tapi bisa jai juga tidak. Jawaban pastinya bisa ditanyakan pada yang menjalani. Mari kita kaji secara ilmiah.

Barry Schwartz dalam buku "The Paradox of Choice" menegaskan bahwa semakin banyak pilihan dalam hidup ternyata tidak serta merta menjadikan orang semakin temukan bahagia, justru sangat mungkin menjadikan seseorang itu bingung, kewalahan dan kurang bahagia.

Ada banyak alasan rasional yang mengantarkan pada kesimpulan itu. Salah satunya adalah terbukanya kemungkinan untuk membandingkan yang membuka peluang untuk mengejar hasrat kepuasan yang tak akan pernah terpuaskan. (Semoga pembaca memiliki gambaran yg sama dengan yang ada dalam pikiran saya ketika menulis ini)

Jadi, kalau kemampuan kita terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk memiliki banyak pilihan, bersyukurlah dan nikmati apa yang ada. Begini ini akan lebih membahagiakan. Semakin banyak keinginan dengan kemampuan yang tetap terbatas hanya akan menjadi pemantik stress dan depresi.

Kalau kemampuan kita berlebih dan memungkinkan kita memiliki banyak pilihan, maka jalan bahagianya adalah: "pilihlah mana yang kira-kira paling disukai Allah, berbagilah dengan orang lain untuk bisa 'mencicipi' pilihan-pilihan itu, dan ingatlah bahwa kemampuan kita memiliki keterbatasan juga."

Kemampuan berlebih dan keinginan yang harus diikuti tanpa dibungkus rapi dengan nilai-nilai spiritual hanya akan mengangkat kita menjadi "raja sejenak" yang tak memiliki kemuliaan yang layak dikenang dalam setiap benak. Berbahagialah dan berbagilah bahagia, semakin banyak yang dibahagiaan maka Allah akan semakin bahagiakan kita dalam setiap pilihan dan kegiatan kehidupan kita. Salam, AIM.