DISKUSI DI KANTIN KAMPUS TENTANG CARA JITU MERAMAIKAN MASJID KAMPUS
Sebagai kampus universitas Islam, sudah pasti masjid kampus menjadi bangunan inti yang perlu mendapatkan perhatian. Masjid UINSA alhamdulillah manajemennya semakin bagus, agenda acaranya juga semakin berbobot. Tak jarang orang luar kampus shalat dhuhur di masjid UINSA karena ingin mendengarkan taushiah ilmiah dari para dosen.
Namun ada satu keinginan bagaimana cara supaya mahasiswa yang jumlahnya ribuan itu bisa shalat berjamaah di masjid dan mengikuti kajiannya. Benar-benar eman kalau potensi besar masjid itu terlewatkan begitu saja.
Tadi ada diskusi beberapa mahasiswa aktifis masjid di kantin kampus, berdebat tentang cara jitu menggiring mahasiswa untuk ke masjid.
Mahasiswa dari Tegal usul agar semua kegiatan kampus dihentikan sejenak waktu shalat. Mahasiswa dari Lamongan usul agar materi ceramahnya adalah yang lebih keren dan up to date. Mahasiswa dari Tulungagung usul agar BEM dan semua organisasi mahasiswa kampus ikut mengerahkan anggotanya ke masjid. Banyak lagi usul lainnya, diakusinya lama sekali sampai masing-masing orang menghabiskan dua cangkir kopi. Solusi paling jitu masih dicari.
Akmo, seorang mahasiswa asal Madura yang mulai awal hanya mendengarkan saja, tiba-tiba acung tangan. Tokoh mahasiswa yang memandu diskusi itu mempersilahkan: "Ayo silahkan, keponakan Mat Kelor mau usul apa?" Akmo berkata: "Mengingat mahasiswa UINSA itu taat kepada dosen, dan setiap dipanggil dosen pasti mereka cepat datang tanpa ditunda, maka saya usul agar panggilan adzan itu dilakukan dosen. Yang adzan harus dosen." Semua anggota diskusi tertawa, kemudian terdiam setengah mengangguk setuju. Bagaimana dengan pandangan pengurus masjid kampus dan para doaen? Siapkan para dosen menjadi muadzdzin? Salam, AIM@Kantor Kopertais