Fatwa Cinta Sang Majnun
Orang ini dianggap gila oleh sebagian orang. Sebagian lagi menyebutnya sebagai jadzab, sementara masyarakat desa Madura menyebutnya "khelap" alias tak sama dengan yang biasa. Sebutan terakhir ini biasanya konotasinya positif walau secara bahasa maknanya adalah abnormal.
Banyak juga yang mendekat dan mendengarkan kalimat-kalimatnya. Ada juga yang, mungkin iseng-iseng saja tapi mungkin juga serius, berkonsultasi kepadanya. Salah satu alasannya adalah mungkin karena tak berbiaya. Sementara jika harus konsultasi kepada konsultan yang normal biasanya bertarif. Maklum, sekolahnya mahal.
Saya hadir juga di dekatnya, tapi bukan untuk konsultasi melainkan hanya untuk membunuh rasa penasaran saya akan orang ini karena srkilas saya mendengar dia mengutip beberapa pendapat ulama klasik. Dia menatap saya lama sekali, sementara saya tersenyum saja. Lalu saya balas memandangnya drngan tajam, dia membalas senyuman saya. Hati saya berbisik bahwa ini orang tidaklah sepenuhnya gila. Senyumannya masih normal.
Ada lelaki yang bertanya kepadanya: "Mbah, bagaimana agar saya ini cepat menikah?" Jawabannya sungguh membuat saya merenung panjang: "Cepat saja menikah, maka akan cepat. Jangan terlalu milih-milih, jalani saja. Kalau istrimu cantik, cerdas dan kaya maka kamu akan menjadi orang yang paling bahagia. Sementara jika istrimu jelek, miskin, bodoh dan cerewet maka kamu akan menjadi filosof yang terlatih berpikir." Mantap bukan? Salam, AIM@White Stone Village of Show Men Eve