Pencerah Hati

HIKMAH "DULALA" SANG KAKEK YANG MENARIK DIRENUNGKAN - 24 September 2020 10:50

  • Kamis, 24 September 2020 10:50:52
  • Ahmad Imam Mawardi

HIKMAH "DULALA" SANG KAKEK YANG MENARIK DIRENUNGKAN

Pagi-pagi biasanya kakek minum teh rempah sambil menikmati jajanan tradisional buatan nenek. Tak ada yang istimewa selain nilai cinta yang menyelimuti setiap proses penyajian teh dan jajanan itu. Biasanya, kami para cucunya, mulai cucu terkecil sampai terbesar, berganran dan kadang bersama-sama duduk di samping kakek untuk mendengarkan kisah apa saja tentang kehidupan. Seringkali kakek bercerita kehidupannya sendiri dan beberapa hal menarik yang didapatnya dalam kehidupannya.

Suatu hari, di Jum'at pagi, ada tamu datang bertamu membawa keluhan. Ada banyak macam keluhan yang sempat saya dengarkan, mulai dari uang yang nyangkut di orang dan orangnya pura-pura lupa, uang yang ditipu orang lalu pergi orang itu pergi menghilang sampai pada masalah mistis khas desa, yakni bab sihir, teluh da santet yang diduga menjadikan orang sakit menderita tak sembuh-sembuh walau sudah berobat ke dokter. Saya mendengarkan dengan seksama bagaimana respon kakek.

Kepada yang sakit tak sembuh-sembuh sang kakek berkata: "Duuulalaaa, iye énga' réya payaké'. Padhatengah nompa' jaran, pamolena ajalan soko." (Duuulalaaa, beginilah memang tabiat penyakit. Datangnya naik kuda tapi pulangnya jalan kaki). Penyakit itu cepat sekali datangnya, sembuhnya biasanya lama. Jadi, bersabarlah. Lalu kakek menuliskan doa untuk diamalkan. Saya sempat ngintip dan menghapal beberapa lafal dalam tulisan itu.

Kepada yang selalu ditipu dan gagal usaha sang kakek berkata: "Duuulalaa, iye énga' réya pessé. Padhatngga pada ben kotèmpa paéngghana pada ben marmut." (Duulalaaa, iya begitulah tabiat harta atau uang. Datangnya sama dengan kura-kura. Perginya sama dengan kelinci). Iya, benar. Kita pontang panting banting tulang mencari uang. Tiba-tiba, setelah didapat, ada saja pengeluaran tak terduga yang harus menggunakan uang. Bahkan ada saja orang yang tak diduga datang menipu dan membohongi. Kakek masuk ke bilik pribainya dan menuliskan sesuatu.

Saya terus mengamati. Agak panjang juga tulisan itu dan tidak mungkin saya hapal. Kemudian kakek memberikannya kepada sang tamu sambil berkata: "Sabar, baca, renungkan maknanya dan amalkan dengan istiqamah. IsnyaAllah ada jalan keluar." Setelah tamu-tamu pulang, saya minta diijazahi (diberi amalan) yang tadi diberikan kepada tamu itu. Kakek berkata: "Duulalaaa, cucu yang satu ini kok mintanya justru yang begini ini, bukan warisan keris atau tanah." Saya menjawab: "Ketimbang keris dan sawah, saya lebih tertarik pada filsafat DUULALAA kakek. Beliau tertawa, nenek pun tersenyum. Salam senyum, AIM