JANGAN PERNAH MEREMEHKAN URUSAN MAKAN
Salah satu kisah menarik yang diungkap Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya'nya adalah tentang persahabatan panjang antara Imam Ahmad bin Hanbal dan Syekh Yahya bin Mu'in yang hampir saja putus karena gurauan tentang makanan. Beliau berdua adalah sahabat akrab. Di suatu hari Syekh Yahya bin Mu'in berkata: "Aku tidak pernah minta-minta apapun kepada siapapun. Namun jika diberi sesuatu, syetanpun yang memberikannya kepadaku, maka aku makan."
Imam Ahmad bin Hanbal tidak berkenan dengan kalimat terakhir itu. Maka beliau menjauhi Syekh Yahya bin Mu'in untuk sekian lama sampai Syekh Yahya bin Muin meminta maaf dan menyatakan bahwa ucapannya itu hanya candaan atau gurauan belaka. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: "Apa? Kamu bercanda dalam urusan agama? Tidak tahukah kamu bahwa dalam agama Allah mendahulukan urusan makan makanan yang halal dan baik atas urusan amal shalih?"
Coba berhatikan QS 23 ayat 51 berikut ini:
يٰۤـاَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَا عْمَلُوْا صَا لِحًـا ۗ اِنِّيْ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ ۗ
"Allah berfirman, Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 51)
Imam Ahmad bin Hanbal luar biasa teliti dan jeli sekali akan pesan halus al-Qur'an. Tak mungkin Allah mendahulukan sesuatu akan sesuatu yang lain tanpa sebab, tanpa hikmah, tanpa rahasia. Mengapa makan makanan yang baik-baik itu didahulukan atas amal kebaikan? Salah sath rahasianya adalah karena jika makanan yang kita makan adalah sesuatu yang haram dan tidak diridlai Allah maka menjadi tak mungkin untuk menjari energi penyemangat amal kebaikan.
Sebagian ulama dengan terang benderang menyatakan bahwa makan makanan yang syubhat akan mengganggu kekhusyukan shalat. Lalu bagaimana dengan makan makanan yang haram? Karena itu, maka marilah kita selalu berusaha menjaga kehalalan usaha kita, kehalalan makanan kita. Semoga Allah gerakkan kita untuk cinta beramal shalih. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya
NB: Ada yang bertanya bagaimana hukumnya makan uang politik atau politik uang? Jawaban saya: tanyakan kepada kiainya masing-masing. Perhatikan pendapat yang menerima uang politik dan yang tidak menerima dan tidak mengharapkan.