Pencerah Hati

KAJIAN TAFSIR SORE INI: BERHITUNG EKONOMI AKHIRAT - 10 Mei 2021 17:58

  • Senin, 10 Mei 2021 17:58:17
  • Ahmad Imam Mawardi

KAJIAN TAFSIR SORE INI:

BERHITUNG EKONOMI AKHIRAT

Mari kita perhatikan ayat berikut ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلْمَا لُ وَ الْبَـنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا لْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَا بًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا

"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan."

(QS. Al-Kahf 18: Ayat 46)

Sebab turunnya ayat ini adalah berkaitan dengan Uyainah dan Aqra' yang sombong dengan harta dan anak serta anak buah yang banyak. Dia bersua takabbur serta menganggap remeh Salman, Hubab dan Shuhaib yang tak berharta meski rajin ibadah.

Allah swt menjelaskan bahwa yang patut disenangi dan dbanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat, kekal selamanya, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di jalan Allah. Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah. Inilah yang terus ada menunggu kita di alam akhirat. Bagaimana dengan kepemilikan dunia? Semua akan tutup buku dan tutup cerita. Tak jelas lagi hak milik itu pindah kepada siapa dan kini milik siapa.

Nah, merenungkan ayat dan penjelasan tadi, kini saatnya kita berhitung secara ekonomi, manakah yang palingenguntungkan kita antara menumpuk harta dan menggalang anak buah sebanyak-banyaknya dibandingkan dengan terus beramal yang pahalanya dipasrahkan atau dititipkan di sisi Allah? Sekarang mari kita jujur-jujuran berkalkulasi, berapa uang atau harta yang kita simpan di bank dunia dan berapa yang disimpan di "bank" akhirat?

Dari sini saja kita sudah bisa menjawab sendiri apakah kita ini ahli dunia atau ahli akhirat, anak dunia atau anak akhirat. Dari sini juga kita bisa membayangkan apakah kita akan lebih makmur/bahagia nanti di akhirat dibandingkan dengan di dunia kini. Mari kita tadabbur, tafakkur, muhasabah. Salam, A. I. Mawardi