Pencerah Hati

LANGGAR - 17 Maret 2021 07:29

  • Rabu, 17 Maret 2021 07:29:21
  • Ahmad Imam Mawardi

LANGGAR

Betul kata Prof. Dr. Koentowijowo bahwa salah satu ciri khas Madura adalah adanya LANGGAR (surau) di setiap halaman panjang yang berisikan beberapa rumah. Langgar biasanya tak berukuran besar, sekedar cukup sebagai tempat shalat dan duduk santai dengan tamu. Biasanya, langgar terbuat dari kayu dan bambu. Kayu sebagai penyangga, bambu sebagai "lantai" yang dsiebut dengan istilah "sangger." Jaman dahulu, jarang bahkan tak ada yang yang memakai tembok. Biasanya, langgar ini dibuat agak tinggi, tidak rata dengan tanah, dengan mengosongkan bagian bawahnya yang lumrahnya menjadi tempat istirahat ayam.

Minggu kemaren saya sempat berkunjung ke sebuah desa yang masih alami sekali. Saya bertemu dengan langgar yang saya foto itu. Di sebelahnya ada kandang kambing, sapi, angsa dan lainnya. Pohon kedondong dan kelapa tumbuh subur. Desa ini sepi dari hiruk pikuk perebutan jabatan atau penumpukan harta kekayaan. Setelah shalat dhuhur berjamaah di masjid, masyaralat biasanya istirahat. Sebagian duduk santai bertetangga berbincang tentang hal sederhana. Sebagian yangblain tiduran siang sambil mendengarkan radio yang menyiarkan verita dan lagu Madura Senyuman di wajah mereka tak pernah sirna. Bahagia sekali mereka. Hidup tak dibikin rumit, jalani dan nikmati.

Mengapa selalu ada langgar di setiap halaman panjang di Madura? Alasan pertama adalah sebagai pemersatu tetangga. Walaupun terbuat sederhana dari kayu dan bambu biasa, langgar menjadi sakral karena di sanalah juga didirikan shalat dan dibaca kalam Allah. Sejelek-jeleknya langgar, selalu saja ada sajadah dan al-Qur'an meski sudah usang. Langgar punya nilai wibawa spititual di Madura Seindah apapun bangunan jika tak ada Allah, Rasulullah, al-Qur'an di dalamnya pasti menjadu bangunan tak mulia. Alasan kedua adalah bahwa menyambut tamu di langgar sangatlah aman dalam penjagaan privasi keluarga. Rumah tradisional di Madura biasanya tak memiliki ruang tamu khusus. Kamar rumah tradisionalpun biasanya satu atau dua saja, itupun dengan pembatas tabir, bukan tembok. Alasan ketiga adalah, ini yang paling penting, sebagai pengingat shalat. Bagi orang Madura, shalat adalah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan. Senakal-nakalnya anak Madura, biasanya masih ingat shalat. Ada yang unik jika orang Madura desa shalat, kapan-kapan saya bercerita.

Saya menikmati sekali nuansa desa. Mungkin karena saya memang orang desa. Tapi rasa tak bisa dipungkiri bahwa rasa damai dan bahagia dalam kesederhanaan sangat saya rasakan. Segelas air degan dan sepiring ketela rebus berwarna ungu yangvdisuguhkan kepada kami sudah mampu membahagiakan hati. Lantas, mengapa harus bahagia dengan cara yang mahal? Istri saya berbisik: "Kata orang desa, enakan tinggal di kota. Kata orang kota, enakan orang desa.

Masih panjang kisah dan utaian tentang langgar ini. Kapan-kapan kita berbagi. Nah kini terjawab sudah pertanyaan apakah shalat boleh di langgar? Jawabannya adalah boleh, dengan catatan syarat-rukunnya tidak dilanggar. Hahaa, semoga paham guyon ini. Salam, AIM