LIPUTAN TOUR DAKWAH PULAU: ACARA KEEMPAT DAN KELIMA
Pak guru yang baik adalah pak guru yang mampu memberikan pelajaran hidup dengan cara sederhana namun mengena dan menyadarkan para muridnya. Pak guru yang baik tak mesti lulusan pendidikan formal keguruan, bisa jadi adalah lulusan pendidikan hidup yang berlangsung setiap saat sepanjang hidupnya.
Mereka yang belajar setiap saat dari setiap peristiwa hidup akan paham betul tafsir tawa dan air mata, akan mengerti betul akan makna hakiki kepemilikan di dunia ini yang ternyata adalah semu, sementara dan akan berjalan berputar atau berpindah dari satu orang ke orang lain. Orang yang keyakinannya akan makna hidup telah mapan, sulitlah untu terlihat sedih sesedih-sedihnya atau bangga sebangga-bangganya. Baginya, semuanya biasa-biasa saja.
Tadi malam, di acara keempat dan kelima saya, saya bertemu dengan banyak orang sisa jaman dahulu kala, yakni orang yang tua sekali, yang berkenan bercerita tentang kisah masa lalu yang bisa dijadikan "ibrah" atau pelajaran untuk menata masa depan. Salah satu kalimatnya: "Odhi' neka ta' gun paggunan, mangkana oreng esoro ajar terros sareng Kanjeng Nabi male bisa paggun odhi' sanajjan jalan careta aoba." (Hidup itu tidaklah tetap. Makanya orang itu oleh Kanjeng Nabi disuruh belajar terus agar bisa tetap hidup walau kisah hidup harus berubah)
Asyuk juga kan kalimatnya? Saya terus setia menyimak. "Jangan sedih dan sombong dalam hidup. Biasa saja." Demikian kata pamungkasnya. Pagi ini saya renungkan kalimat itu, lalu kurangkaikan kesimpulan dari semuanya yang berkenaan hubunga harta dengan sedih bahagia. Kujadikan status pengingat diri: "Jangan selalu pasang muka sedih, Anda telah memiliki segalanya selain harta. Jangan selalu pamer diri dengan rasa sombong, Anda tak punya apa-apa selain harta." Salam, AIM