Pencerah Hati

LUASKAN JALAN BAGI YANG MAU PERGI, INILAH HIDUP - 01 Maret 2021 08:42

  • Senin, 01 Maret 2021 08:42:29
  • Ahmad Imam Mawardi

LUASKAN JALAN BAGI YANG MAU PERGI, INILAH HIDUP

Sebenarnya agak wajar juga tetangga Mat Kelor ini mengeluh. Masalahnya cuma satu, mengapa mengeluhnya kepada saya, tidak ke Mat Kelor. Padahal Mat Kelor sendiri sudah terkenal sebagai orang bijak sejak mengalami proses pencerahan diri saat haji itu. Usut punya usut, dia disuruh Mat Kelor untuk menghubungi saya. Tetangga Mat Kelor ini merasa sakit dan terhina saat temannya yang selama ini akrab tiba-tiba memusuhinya, menjauh petgi darinya. Katanya, temannya itu sepertinya hanya mau enaknya saja dalam bersahabat. Saat ada derita sedikit saja dia menjauh bahkan ikut menyudutkannya. Apa yang harus dilakukan? Itu pertanyaannya kepada saya. Saya jawab sebagai berikut ini:

Kebahagiaan belum layak disebut kebahagaiaan kecuali ada orang lain yang ikut serta menikmati kebahagiaan itu. Derita pun tak layak disebut derita kecuali derita itu hanya dipikul oleh satu orang saja. Bersyukurlah jika kita bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain sebagaimana kita juga harus bersyukur ketika ada orang yang mau bersama kita dalam menanggung derita.

Orang yang selalu ada di samping kita ketika kita berada dalam keadaan sulit adalah sahabat terbaik kita yang tak akan pernah hilang dalam ingatan apapun kisah hidup selanjutnya terjadi. Walau tak perlu kita ingat-ingat, ternyata orang yang sering lari dari samping kita ketika kita sedang menderita ternyata adalah orang yang juga selalu hadir dalam ingatan kita, sehingga sering menyebabkan kejengkelan berlanjut. Memang ada tipe orang yang "bergabung ketika banyak ikan, berpisah ketika telah hanya tinggal tulang-tulangnya."

Bagaimana cara menghadapi orang-orang yang hanya mencari enaknya dalam membangun relasi dan tak mau berbagi jika ada resiko? Tentu banyak pilihan sikap untuk hal ini dan sangat bergantung pada konteks dan nuansa psikologisnya secara utuh. Ada yang menyarankan supaya hubungan seperti itu "diliburkan" dulu dengan harapan adanya pelajaran baru dari "liburan" itu.

Kalaulah temannya itu memilih untuk tetap pergi, biarlah dia pergi, luaskan jalan kepergiannya. Inilah kehidupan, semuanya bisa berubah, semuanya bisa berganti. Biaflah yang istiqamah dan tulus saja yang terus bersama, bersama dalam semangat, doa dan usaha. Hidup ini tak selamanya sulit, yakinlah ada waktu kemudahan yang akan tiba. Pun sebaliknya. Harusnya, yang mau pergi itu merenung dalam-dalam, berpikir masak-masak, sebelum menyesal dengan keputusannya.

Joubert Botha berkata: "Some people won't notice the things you do for them until you stop doing them." (beberapa orang tak akan perhatian pada banyak hal yang Anda lakukan untuk mereka sampai Anda sendiri berhenti melakukan hal itu untuk mereka). Nilai sesuatu memang kadang baru terasa setelah sesuatu itu lepas dan hilang. Orang cerdas adalah orang mau menghargai sesuatu sebelum sesuatu itu hilang dan lenyap. Salam, AIM