Pencerah Hati

MEMBACA JALAN KITA DALAM KEHIDUPAN - 05 Mei 2021 10:04

  • Rabu, 05 Mei 2021 10:04:57
  • Ahmad Imam Mawardi

MEMBACA JALAN KITA DALAM KEHIDUPAN

Sang guru berkata bahwa hidup di dunia ini adalah bagai kita berada dalam pertokoan besar yang menjual apa saja, serba ada. Kita boleh mengambil apa saja dan memasukkannya ke dalam keranjang kita. Namun hatus diketahui dan disadari bahwa di pintu keluar toko, apa yang kita ambil dan masukkan dalam keranjang itu pasti akan dihitung, dijumlah, oleh kasir dan dimintai pertanggungjawaban pembayaran. Semakin banyak dan mewah barang yang diambil, semakin lama perhitungannya dan semakin mahal tanggung jawab pembayarannya.

Ada di antara kita yang memilih sedikit belanja di toko itu biar tak terlalu lama antri penghitungannya dan biar tidak terlalu berat pertanggungjawaban pembayarannya. Maka, dari sini lahir manusia yang hidup sederhana dan menerima akan keadaan yang sederhana itu. Hidupnya sumringah penuh ridla dan ketenangan jiwa.

Ada juga di antara kita yang senang berbelanja dan mengkoleksi semua yang mewah. Tak masalah dengan antrian panjang dan tanggung jawab pembayaran yang mahal. Bagi jenis ini, yakinkan diri bahwa uang yang akan dibayarkannya afalah cukup dan uang yang sah, bukan yang palsu. Kalau kita adalah memilih model seperti ini, yakinkan sumber harta adalah halal, proses penggunaannya adalah benar dan tujuannya adalah kebaikan. InsyaAllah aman.

Ada juga yang tipe ketiga, yakni orang yang tidak punya modal cukup untuk belanja di toko besar itu, namun memaksakan diri demi gengsi dan menuruti keinginan nafsu, lalu diam-diam mencuri dan mencari jalan keluar yang gak lazim dilalui orang yang benar. Dia lupa bahwa ada kamera CCTV, kamera tersembunyi. Terdeteksi perbuatannya, lalu ditangkap dan dipenjara. Dalam hidup, jangan menuhankan gengsi dan keinginan nafsu, sadari kemampuan diri dan teruslah istiqamah di jalan yang benar. Ingat bahwa tidak selamanya toko itu buka, pasti ada waktu ia harus ditutup. Hidup adalah tak abadi.

Lalu saya gabungkan dawuh guru dengan kisah kakek yang menyatakan bahwa hidup ini bagai pasar malam penuh dengan tontonan dan permainan. Manusia di dalamnya kebanyakan sibuk sendiri, mencari kesenangan sendiri, teriak sendiri, dan ketawa atau sedih sendiri. Tak banyak orang lain yang peduli denga keadaan kita serta lainnya. Itulah hidup kita, kita harus sadar diri akan keadaan diri kita. Mendekatlah dan bersamalah dengan orang yang peduli dengan kita, menjaga kita dan berkenan menunjukkan jalan terbaik menuju kebahagiaan dan keselamatan. Salam, A. I. Mawardi

NB: Kita memasuki hati ke 23 bulan puasa ini. Bagi yang belum menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqah, segera saja mumpung ada waktu.