MENCARI SANG "UTUSAN"
Ulama berkata bahwa para nabi dan rasul adalah alat timbang semua manusia untuk menjadi seimbang dalam kehidupan, tidak berat sebelah. Sosiolog agama menyatan bahwa para nabi dan rasul adalah pelurus yang bengkok, mengarahkan ke jalan yang benar menuju bahagia. Al-Qur'an banyak berkisah tentang tugas berat mereka dan al-Qur'an pun berkisah tentang celaka serta meruginya orang-orang yang tak mau mengikuti para nabi dan rasul itu.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah sepeninggal para nabi dan rasul kemudian tak ada lagi yang menjadi timbangan kehidupan dan pengarah kebahagiaan? Sungguh tak mungkin Allah membiarkan manusia dalam kebigungan, kegalauan dan kecelakaan. Allah mengirimkan "utusan-utusan" pelanjut para nabi dan utusan. Mereka adalah para ulama yang dalam hadits Rasulullah disebut sebagai pewaris para nabi.
Selalu saja ada orang shalih (baik) dan mushlih (memperbaiki) yang Allah utus di setiap tempat dan zaman. Tugas kita adalah mencarinya dan mengikuti arahan dan bimbingannya. Tanda utama dari para utusan dan penerus utusan adalah keikhlasan dalam pengabdian (khidmah).
Kalau Anda bertemu dengan orang seperti itu, shalih, mushlih, mukhlis dan mukhlas dalam pengabdian, cepat beritahu saya, saya ingin belajar dan mengikutinya dengan taat. Hidup kita ini terlalu menjebak untuk dijalani tanpa pengarah dan pembimbing.
Demikian sebagian isi kuliah subuh saya pagi ini. Salam, AIM