MENGAPA KEHIDUPAN DI DESA TAMPAK LEBIH DAMAI DAN TENANG DIBANDINGKAN KEHIDUPAN KOTA? (1)
Semalam adalah syuting episode ke 24 di Perumahan Asri dan Dksekutif Pondok Mutiara Sidoarjo. Jamaah satu kompleks rukun dan kompaks mengadakan tarawih bersama, makan-makan ringan kas desa setelah tarawihan dan berbincang santai tentang desa juga. Rupanya, mereka yang hidup di kota tengah merindukan desa. Berijut adalah bagian yang saya sampaikan.
Salah satu penyebab depresi dan ketakutan diri di masa muda yang sedang melanda kini adalah karena terlalu banyaknya informasi yang sampai kepada mereka dan semuanya menjadi bahan pemikiran. Demikian salah satu isi ceramah seorang pakar yang bernama Hugh van Cuylenburg. Menjamurnya berbagai aplikasi komunikasi sosial, mulai dari FB, IG, WA dan sejenisnya pada satu sisi memang memperlancar komunikasi dan pola hubungan manusia. Namun pada sisi yang lain aplikasi itu membuat banyak manusia kecanduan (addicted), terpengaruh, kecewa lalu depresi.
Aplikasi-aplikasi media sosial itu memang didesain agar penggunanya keranjingan. Maka pengiriman email dan notifikasi di aplikasi itu gencar dilakukan plus iklan dan lain sebagainya. Hugh van Cuylenburg menduga kuat bahwa inilah yang banyak menjadi penyebab mengapa remaja atau anak muda kota lebih banyak yang mengalami stress, depresi cemas di bandingkan dengan anak desa yang relatif jarang bermedsos karena tak ada jaringan atau tak ada kuota.
Hugh van Cuylenburg memberikan tips ringan tapi jitu untuk mencegah atau mengurangi penyakit psikologis di atas, yaitu dengan cara mematikan notifikasi semua aplikasi di handphone kita. Cara ini pelan tapi pasti akan mengurangi tingkat keingintahuan kita akan isi medsos itu, mengurangi kuantitas kita dalam membuka handphone kita. Rata-rata manusia membuka handphonenya dalam sehari sebanyak 76 kali. Bagaimana dengan kita? Jika lebih dari itu, maka kita sudah di luar batas kewajaran rata-rata. Berapa lamakah rata-rata orang menggunakan handphonenya dalam sekali buka? Kapan-kapan kita bahas.
Ternyata, terlalu banyak tahu informasi itu tidaklah bagus juga. Benar kata beberapa orang bijak bahwa tidak tahu itu kadang menjadi sebab orang lebih bahagia. Karema itu, tak usah lah terlalu bersemangat untuk tahu semua urusan, apalagi urusan orang lain. Sadari dan pelajari saja urusan kita sendiri dengan Allah dan dengan alam sekitar kita sehingga kita bisa hidup damai dan harmonis.
Orang desa yang tidak pernah membaca dan mendengar trntang covid dan vaksin, seperti di desa-desa terpencil, kepulauan dan puncak gunung, ternyata hidup dalam kenormalan dan kealamian seperti biasanya, seperti bukan musim pandemi saja. Berbeda dengan orang kota yàng sibuk berdebat terus tentang vaksin dan efeknya, tentang mutasi virus dan lainnya. Hidupnya menjadi tidak tenang.
Mau kembali ke desa apa kembali ke cara desa? Hugh van Cuylenburg tak berhenti di sini penjelasannya. Kita bahas dalam tulisan berikutnya. Salam, AIM