MENJAGA HARGA DIRI
Al-kisah, dahulu kala ada seorang lelaki yang memiliki kuda yang terkenal luar biasa kuat, gagah, dan indah penuh pesona. Ada banyak orang yang tertarik membelinya. Di antara mereka adalah Fulan, seorang kaya nan sombong. Berapapun harga kuda itu siap dibelinya, karena tak boleh ada orang yang memiliki sesuatu yang lebih dari dirinya. Sang pemilik kuda menolaknya dan tak mau melepas kuda kesayangannya itu. Fulan pun kecewa.
Fulan mencari siasat bagaimana cara memiliki kuda itu. Dia lama tak muncul dan pergi jauh ke luar kota sambil menunggu waktu kapan sang pemilik kuda itu keluar membawa kudanya. Fulan menyamar sebagai orang miskin dan lumpuh. Dia memakai topeng duduk ngenes di pinggir jalan. Sang pemilik kuda datang menaiki kudanya melewati Fulan itu. Gulan merengek minta tolong karena lumpuh. Pemilik kuda mengalah, dia turun, lalu menaikkan Fulan itu ke atas kuda. Kuda itu dibawa lari menjauh, lalu Fulan membuka topengnya sambil berkata: "Hahaha, sekarang saya mendapatkan kuda ini tanpa membayar apapun."
Bagaimanakah kira-kira respon sang pemilik kuda? Dengan tenang dia bertanya: "Kamu Fulan yang dulu mau membeli kuda saya itu?" Dia menjawab bangga: "Iya, emang kenapa?" Pemilik kuda menjawab: "Tidak apa-apa. Saya cuma ingin menyarankan, jangan ceritakan caramu mendapaykan kuda saya itu kepada orang lain. Saya takut nanti harga dirimu jatuh di mata banyak orang."
Luar biasa baik hatinya sang pemilik kuda itu ya. Sudah didzalimi, namun masih sayang kalau harga diri orang yang mendzaliminya jatuh. Nasehatnya tetap tulus. Fulan pun kaget dengan kebaikan dan ketulusan sang pemilik kuda itu. Fulan luluh dan tersenyuh hatinya. Fulan kembali menuju ke pemilik kuda sambil berkata: "Engkau menang. Engkau telah mengalahkanku dalam semuanya. Ini kudamu. Jadikan saya sebagai anak buahmu."
Coba baca sekali lagi kisah di atas. Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik: pertama adalah bahwa harga diri itu penting melampaui nilai harta yang kita miliki; kedua, kebaikan dan ketulusan pasti mampu mengalahkan kejahatan dan keculasan; ketiga, musuh pun suatu saat ternyata bisa menjadi sahabat. Ada lagi? Salam, AIM