Pencerah Hati

MENUJU MASA DEPAN PENUH ADAB - 22 Oktober 2020 20:18

  • Kamis, 22 Oktober 2020 20:18:03
  • Ahmad Imam Mawardi

MENUJU MASA DEPAN PENUH ADAB

Seperti biasa, kalau sedang tak ada acara ke luar kota dan tak ada tamu berkunjung, kakek memanggil cucu-cucunya untuk sekedar bincang-bincang ringan, sambil memijat punggung dan pinggang beliau. Malam ini agak istimewa karena ternyata di meja kakek ada kanyak kue. Selamatan hari santri, kata beliau. "Walaupun saya sudah tua, saya masih santri, cucuku," kata beliau dengan suara khasnya.

Ada dua catatan dari dawuh beliau yang sangat penting untuk saya share kepada para pembaca. Mendengar banyaknya ulama yang wafat, kaek berkata bahwa pernah membaca dalam ulasan sebuah kitab berkaitan dengan ini. "Tanda-tanda rusak dan celakanya sebuah kaum adalah kewafatan banyaknya ulama yang ada di kalangan kaum itu," begitu kata kitab yang dibaca kakek. Ulama adalah paku bumi penguat bangunan kehidupan masyarakay, pilar utama rumah kebahagiaan manusia. Semoga ulama kita dipanjangkan umurnya dalam sehat wal afiyat.

Dawuh kedua kakek adalah: "Kalian harus memiliki pengetahuan luas, agar bisa tepat dalam bicara dan tahu kapan waktu yang tepat untuk bicara. Orang berpengetahuan sempit biasanya asal mangap saja sesenaknya sendiri. Kalian harus memiliki kedalaman rasa dan perenungan agar kalian tahu kapan kalian sebaiknya diam tak bicara."

Lalu kakek diam lama sekali. Di antara kami ada yang terus memijat beliau. Lainnya masih menunggu kelanjutan dawuh. Namun kakek tetap diam. Cucu termuda memecahkan suasana sunyi iti dengan berkata: "Kalian harus memandang keadaan sekeliling, agar kalian tahu ada siapa saja yang sedang menunggu kata-kata kalian." Sang kakek ketawa terbahak-bahak, lalu menciumi cucu termuda itu sambil bedoa: "Semoga semakin cerdas dan shalih, ya."

Indahnya keluarga yang obrolannya berbobot seperti ini. Rembukannya bukan masalah materi, melainkan masalah hati. Semoga keluarga kita bahagia dan penuh berkah. Salam, AIM