Pencerah Hati

MONTREAL, AKU DATANG MENYAPAMU - 08 November 2020 09:41

  • Minggu, 08 Nopember 2020 09:41:56
  • Ahmad Imam Mawardi

MONTREAL, AKU DATANG MENYAPAMU

Baru saja selesai mengisi acara pengajian "SYI'AR MONTREAL." Senang sekali bertemu dengan para mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang tinggal di kota indah ini, kota multkultural, kota seribu satu budaya. Pengajian semacam ini menjadi penting sebagai ajang silaturrahim dan juga media perenungan dan pendalaman aspek ruhani dalam kehidupan kita. Tema yang saya sampaikan adalah THE DESTROYER OF BLESSING atau Penghancur Keberkahan Hidup.

Ada banyak yang kita bahas dan ada banyak referensi yang kita kutip, rata-rata yang berkaitan dengan psikologi agama dan sosiologi agama. Salah satu kesimpulannya adalah bahwa semakin kita fokus pada diri sendiri dan mengenyamingkan orang lain maka semakin jauhlah kita dari bahagia. Orang yang fokus hidupnya adalah hanya kenyamanan dirinya sendiri, kenyangnya perut sendiri dan senangnya diri sendiri biasanya pasti berakhir sedih dan kecewa.

Kebahagiaan sesungguhnya, kata John Izzo, adalah saat seseorang memiliki "meaning of life" (makna kehidupan). Seberapa manfaatkah keberadaan kita pada orang lain di sekitar kita? Semakin bermanfaat, maka semakin mulia bahagialah kita. Saya kutip kisah dalam buku "The Monk Who Sold His Ferrari" tentang seorang pengacara sukses kaya raya yang stroke dan depresi. Hidupnya tak pernah tenang walau sudah memiliki pulau sendiri, hdlikopter dan ferrari. Dia menemukan bahagia sejak mencoba mengosongkan diri dari egoisme, ketamakan dan megalomania.

Sang pengacara itu menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya pada orang yang membutuhkan. Hidupnya menjadi bermanfaat bagi banyak orang, kesehariannya digunakan untuk mengabdi dan melayani orang lain lalu dia menemukan bahagia. Inilah makna dari hadits nabi yang sangat populer: "Manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat pada orang lain." Mari kita tanyakan kepada diri kita "sebermanfaat apakah kita bagi orang lain?"

Ada 3 penyebab hancurnya keberkahan hidup yang sempat saya jelaskan. Lima penyebab lainnya insyaAllah akan disampaikan dalam kajian berikutnya. Penyebab pertama adalah keinginan diri untuk mengatur semuanya agar sesuai dengan keiginan diri sendiri dan keengganan untuk menerima dengan lapang hati apa yang menjadi takdir hidup. Penyebab kedua adalah ketamakan dan keserakahan sampai pada tingkatan ingin memiliki apa yang dimiliki orang lain. Penyebab ketiga adalah dosa dan kesalahan yang dibiarkan tetap bersemayam dalam hati.

Senang dan terimakasih saya kepada soulmate saya, Mas Nadir Shalahuddin, Mas Ahmad Fathan Aniq dan lainnya yang telah berkenan mengundang dan menyambut saya dengan ramah. Salam, AIM