Sebentar lagi ada liburan panjang karena ada tanggalan merah di hari Senin tanggal 8 Pebruari. Hari Imle' katanya. Inilah Indonesia kita, begitu menghargai budaya setiap komunitas yang hidup dalam masyarakatnya. Saya tak akan membahas tentang pro kontra hari liburannya dalam tulisan ini. Saya hanya ingin membahas sedikit tentang aktifitas liburan yang menjadi pilihan banyak orang saja.
Tersentuh sekali saya dengan sebuah tulisan yang bercerita tentang ide liburan wisata yang dilakukan oleh tokoh wisata dunia abad 19 M bernama Thomas Cook. (Mohon nama ini tidak usah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Thomas Memasak). Idenya unik dan original sekali, yakni pada 1841, dia mengajak 500 orang mengikuti perjalanan wisata naik kereta api sejauh 22 mil dari Leicester ke Loughborough.
Tujuan perjalanan itu adalah bertemu orang-orang saleh yang akan menceramahi para peserta tur agar bisa terlepas dari perbuatan negatif dan termotivasi menjadi lebih baik. Unik bukan? Para penikmat pelesiran atau wisata kontemporer pasti tertawa sinis dengan model wisata ini, karena bagi sebagian banyak orang, nasehat, ceramah dan kajian adalah beban, bukan kebutuhan. Bagi mereka, liburan adalah bebas di alam bebas tanpa terikat apapun, termasuk terikat pada Tuhan.
Bagi Thomas Cook, liburan bukanlah media untuk berleha-leha melainkan kesempatan untuk membebaskan diri dari segala yang negatif dalam diri dan kemudian mengisinya dengan sesuatu yang positif demi menggapai kedewasaan diri dan kebahagiaan sejati. Dia berkata: "To travel is to dispel the mists of fable and clear the mind of prejudice taught from babyhood, and facilitate perfectness of seeing eye to eye."
Nah, bagaimana dengan wisata kita? Kemana? Menambah dosa apa menambah pahala? Semakin membuat menjadi kekanak-kanakan apa semakin dewasa? Isilah liburan kita dengan nilai-nilai, insyaAlah semakin bahagia. Salam, AIM@home_sambil_pijat-pijat