Anugerah dan Musibah
"Belajarlah dari banyak guru sebagaimana lebah mengambil putik sari dari banyak bunga." Demikian ungkapan bijak yang selalu memotivasi saya untuk mendengarkan nasehat, berita dan cerita banyak orang dalam kehidupan saya. Bagi saya, setiap orang yang datang dalam kehidupan saya adalah hamba Allah yang darinya saya bisa mendapatkan pembelajaran hidup dengan berbagai variasinya.
Tadi malam saya diajak makan malam alumni haji 2014, saudara saya Bapak Haji R. Budi Setiawan dan ibu. Beliau adalah jagoan manajemen bisnis dan istrinya adalah dokter bedah. Sambil makan di restoran European Style Bandung beliau bercerita tentag anak gadis semata wayangnya yang sejak SMA sampai S1 kini telah hidup mandiri di London. Bagi kedua orang tua ini, anak adalah anugerah besar yang melebihi besarnya anugerah harta. Karenanya maka harta harus dikorbankan untuk anak, bukan sebaliknya.
Setiap tahunnya selalu kedua orang tua ini mengunjungi anaknya. Yang menarik bagi saya adalah nasehat singkat yang disampaikan sang Bapak setiap kali bertemu dan berbincang dengan puterinya: "Tunjukkan bahwa Islam itu baik, santun, damai dan cerdas." Nasehat ini ternyata cukup efektif mengawal perilaku anak dalam kehidupan. Saya hanya berkata dalam hati bahwa sungguh sahabat saya ini berlimpah anugerah.
Setibanya dari makan malam, di hotel telah menunggu saya saudara saya sang manajer group telekominakasi terbesar Indonesia, Mas Haji Futuhal Arifin dan isteri. Beliau sahabat saya sejak saya S1 dulu, sekaligus alumni haji tahun 2010. Setelah banyak berbincang tentang percaturan politik dan drama kehidupan sosial anak negeri, kita pun berbincang tentang kisah hidup kita sendiri.
Di akhir perjumpaan, belaiu bercerita bahwa baru saja ditipu srorang wanita dalam jual beli mobil fortuner. Ratusan juta rupiah lenyap. Hati saya bergumam bahwa sahabat saya ini benar-benar sedih dengan musibah ini. Namun beliau tetap saja tersenyum sambil berkata: "Mau diapain lagi, ya dijalani saja. Ternyat