Pencerah Hati

Pencerah Hati 05 Februari 2016 17:00

  • Jumat, 05 Februari 2016 17:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Dulu ada salah seorang shalih yang bersih sekali hatinya sebersih senyuman di wajahnya. Orang ini selalu ceria dan tak pernah terlihat gelisah. Setiap orang bertanya kepadanya tentang rahasia senyumnya, dia hanya berkata: "Sudah saya pasrahkan hidup saya kepada Allah, tugas saya sekarang hanyalah membahagiakan hamba Allah sebisa saya setelah saya berupaya "membahagiakan Allah" dengan kemanjaan shalatku.

Sungguh orang shalih ini tak pernah terlihat gelisah. Sambil menjaga tokonya beliau sering membaca al-Qur'an. Terkadang sambil berbincang dengan cucunya yang senantiasa mendampinginya sepulang dari madrasah Qur'an. Suatu ketika dia berkata kepada cucunya: "Berbincang dengan Allah dalam shalat sungguh selalu menentramkan, berbincang dengan manusia, kalau salah pilih orang, kadang kala menyakitkan. Berhati-hatilah nak dengan manusia."

Pengunjung toko beliau begitu ramai, karena biasanya disertai dengan doa keberhakan plus senyuman setiap menyerahkan barang dagangannya. Sungguh ini adalah cara promosi yang tak lazim. Namun beliau lakukan itu bukan karena motif, melainkan tulus. Apakah toko lain di sekitarnya ada yang iri dan memusihinya? Jawabnya adalah iya, karena menang kenikmatan selalu beserta para penghasudnya.

Karena itulah maka jika ada yang menghasud kita, santai saja karena bisa jadi kita sedang atau akan mendapatkan nikmat. Orang sholih di atas tak membalas hasudan orang. Beliau tetap baik. Tak jarang beliau berkata kepada para pembelinya: "Beli di toko sebelah ya, kasihan dia baru buka jualan. Saya sudah buka mulai tadi dan alhamdulillah sudah banyak yang laku." Benar-benar manusia berhati malaikat, senang melihat orang lain bahagia. Salam, AIM@home