Pencerah Hati

Pencerah Hati 10 April 2016 08:00

  • Minggu, 10 April 2016 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Alhamdulillah pengajian Sabtu Sore Ponpes Kota Alif Laam Miim berjalan lancar, ramai dan damai. Judulnya masih tentang setan jilid ke-2, melanjutkan kajian setan jilid ke-1 Sabtu satu minggu sebelumnya. Kajian tentang setan ini belum selesai, masih banyak yang perlu diketahui tentang siapa, bagaimana, mengapa , kapan dan di mana setan itu.

Sepulang jamaah, diri ini masih punya beban menyiapkan materi tiga acara besok: kajian subuh di Citra Garden Sidoarjo tentang "Menjadi Kekasih Allah," kajian pagi di UNISMA Malang tentang "MEA, Bonus Demografi dan Peran Pemuda/Mahasiswa," setelah dhuhur di Jengger Ayam Malang tentang "Bisnis Islami, Bisnis Penuh Berkah." Alhamdulillah semuanya sudah well prepared.

Saatnya istirahat sejenak sambil menunggu subuh. Namun sulit terpejam dan bahkan masih tertawa sendiri mengingat kisah sahabat saya, kang Muflich, tentang lelaki yang disuruh beli kepiting oleh isterinya, berangkat ke pasar lalu ketemu teman lama sampai lama sekali ngobrol dan lupa untuk cepat beli kepiting. Sore menjelang pulang baru ingat, untung masih ada yang jual kepiting tinggal lima ekor.

Ketika pulang, lelaki ini mencari alasan agar tak dimarahi isterinya karena terlambat pulang. Sesampai halaman rumah, lima ekor kepiting itu dilepas sambil dibentak: "Ayo kepiting jalan cepat, jangan lelet gini, kita sudah terlambat ini." Isterinya buka pintu sambil tertawa dan geleng kepala: "Walah makanya lama sekali, kepitingnya disuruh jalan sendiri toh."

Sang suami tersenyum merasa selamat, sambil berkata: "Selalu saja ada jalan." Tentu, teknik ini tak akan jalan jika dijalankan pada isteri kita, karena mereka juga sudah baca cerita ini. Maafkan saya, salam, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim