Cobalah buka al-Qur'an Surat Adz-dzariyat ayar 24-30, Allah berfirman: Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?
(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: "Salaamun". Ibrahim menjawab: "Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal". Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul". Mereka berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan" Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."
Pertama, fokuskan pada cara Nabi Ibrahim memuliakan tamu: melayani sendiri, memberikan makanan yang terbaik dan sempurna, mempersilahkan untuk memakannya dengan penuh sopan. Itulah seharusnya yang dilakukan oleh tuan rumah yang ingin terpuji seperti terpujinya Nabi Ibrahim.
Kedua, fokuskan pada akhlak sang tamu mulia: mengucapkan salam, memberikan ketenangan dan kabar membahagiakan pada tuan rumah, serta berperilaku sopan dan mengabarkan kebenaran. Itulah sesungguhnya yang harus dilakukan oleh setiap tamu yang menghendaki dirinya menjadi orang mulia.
Etika atau akhlak sungguh menentukan mulia dan tidaknya seseorang. Tak salah Umrar bin Khattab berkata: "jadilah kalian sebagai pengajak kebaikan dengan cara diam." Sahabat-sahabatnya bertanya bagaimana caranya, dijawabnya: "Dengan cara menampilkan akhlak terbaikmu." Salam, AIM@meja kerja