Pencerah Hati

Pencerah Hati 18 Februari 2016 11:00

  • Kamis, 18 Februari 2016 11:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Puteri pertamaku, Nur Dini Abadiah, hari ini ulang tahun yeng ke 22, usia yang sudah relatif matang menentukan jalan hidupnya. Tahun ini lulus kuliah di Fakultas Psikologi Airlangga, selesai 3,5 tahun dengan nilai yang menyenangkan orang tuanya. Kusebut menyenangkan orang tuanya, karena puteriku ini selalu rujukan bahagianya adalah kebahagiaan orang tuanya. Kami salut dan selalu berdoa untuknya dan untuk adik-adiknya.

Puteri keduaku, semester tiga Fisika Computing Universitas Brawijaya, menulis ucapan ulang tahun untuk kakaknya. Panjang sekali tulisannya, sebagiannya adalah berikut: "Seseorang pernah bilang bahwa hari ulang tahun itu tidak layak dirayakan karena sejatinya umur kita resmi berkurang satu tahun. Seseorang itu benar. Tetapi barangkali seseorang itu lupa, bahwa hidup ini tidak pernah satu dimensi. Dalam suatu kejadian, selalu ada setidaknya dua sisi. Ulang tahun pun begitu. Ulang tahun bisa menjadi waktu seorang insan untuk mengapresiasi dirinya sendiri. Untuk apa? Untuk bertahan hidup, menjalani dunia, memikul bebannya sampai saat ini. Untuk duduk sejenak dan memaknai apakah ada fase pendewasaan yang ia lewati setelah satu tahun terlampaui.

Tidak ada yang tahu beban hidup dan perkembangan seseorang lebih baik dari orang itu sendiri. Rintangan, emosi, derita, luka, momen putus asa--hanya orang itu sendiri yang paling tahu.

Hanya orang itu sendiri yang paling bisa menghargai perkembangan dirinya, dan ulang tahun adalah salah satu saat untuk mengapresiasi itu semua."

Selanjutnya dia menulis: "Ada yang pernah menanyakan kepadaku, siapa orang paling berani yang kamu kenal? Pertanyaan itu tak kujawab, tapi salah satu dari nama yang muncul di benakku adalah Kakak. Kakak pertama yang sebelum ia genap berumur dua tahun sudah harus berbagi perhatian orangtua denganku. Kakak pertama yang menjadi guru pertamaku tentang abjad dan hal-hal kecil yang ia terima di TK. Kakak pertama yang setelah aku berada di satu sekolah yang sama dengannya, harus mendengar namaku lebih sering dari ia mendengar namanya sendiri. Dulu, ia tidak pernah menyinggung hal ini di depanku dan aku yang belum mengerti hidup berpikir hal itu bukan apa-apa. Hanya sebuah tulisan yang tak sengaja pernah kubaca, tapi tak pernah ia suarakan. Semoga apa yang kamu semogakan dikabulkan, dan tiap langkah diridhai olehNya. Selamat ulang tahun sahabat pertama, Kakak pertama, guru pertama... selamat ulang tahun, Nur Diny Abadiah :)"

Sebagai orang tua, saya bangga dengan keakuran para ananda. Sedang saya tunggu ucapat ulang tahun tiga anakku berikutnya. Ananda, merayakan ulang tahun jelas tidak wajib, namun mensyukuri nikmat Allah yang diberikan sepanjang hidup saat ini adalah keharusan, dengan berbagai bentuk walau tanpa kue dan tiupan lilin. Selamat ya untuk anandaku. Allah menunggu kiprahmu dalam melayani hamba-hambaNya. Salam, AIM