Pencerah Hati

Pencerah Hati 23 Februari 2016 11:00

  • Selasa, 23 Februari 2016 11:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Hujan-hujan seperti ini menjadikan semua aktifitas melambat. Ada yang asyik melihat tetesan air hujan, ada pengendara sepeda motor yang berjibun berhenti di bawah jembatan, ada yang berhenti di depan toko camilan dan membelinya seraya menunggu reda hujan dan lain sebagainya. Terlihat dari kejauhan suami isteri damai sekali duduk di bangku dingklik depan rumahnya. Rukun sekali dan kompak merokok bersama. (?) Inikah sakinah?

Sepertinya si isteri itu terpaksa ikut merokok demi menemani suaminya ketimbang suaminya pergi keluar merokok dengan teman lelakinya. Takut ditanggap atas dugaan LGBT katanya. "Jadi lelaki saat ini cenderung lebih susah." Demikian kata seorang lelaki yang sedang minum kopi sendirian. "Duduk dengan lelaki dikira LGBT, duduk dengan perempuan dikira selingkuhan.Tak enaknya lagi, duduk sendirian dianggap pengangguran."

Saya yang selalu berdua dengan supir di dalam mobil cuma senyum-senyum dengan pernyataan lelaki ini. Dunia ini memang serba salah kalau ukurannya ada penilaian dan prasangka orang lain. Yang paling penting adalah kita yakinkan diri kita bahwa kita berada di jalur yang benar menurut agama dan menurut peraturan serta kesepakatan yang ada.

Ketika pikiran saya sedang berjalan mencari hikmah dari apa yang saya lihat dan saya dengar, tiba-tiba kereta api lewat di samping kanan mobil kami. Sementara mobil-mobil melambat karena hujan, maka kereta api itu kelihatan sangat cepat karena melaju di jalur rel yang tidak berbagi dengan kendaraan lain. Cepatnya kereta api itu, sayangnya, tak menyebabkannya disebut kereta cepat sebagaimana kereta api di China dan Jepang. Ada beda antara kereta cepat dan kereta buru-buru, ada beda pula antara kereta cepat dengan kereta yang kelihatan cepat. Salam, AIM@Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya