Khuwailid, sahabat saya yang dari negara teluk itu, berkata dalam salah satu status medsosnya: "Ketika saya kecil dulu saya menduga bahwa harta merupakan hal pokok yang mengundang datangnya bahagia. Ketika saya sudah besar dan dewasa saya baru menyadari bahwa dugaan saya ketika kecil itu ternyata benar."
Saya tidak tahu apakah status itu benar-benar terjadi pada dirinya ataupun hanya copy paste dari status orang lain. Teman saya ini memang suka berbagi status yang beraliran beda dari mainstream. Kadang statusnya membuat kita tersenyum kecut, namun sesekalu juga membuat kita tersenyum manis. Yang jelas, statusnya kali ini mengundang banyak komentar baik yang serius ataupun yang santai.
Salah satu komentar serius berkata begini: "Sahabat, ada banyak orang yang memiliki simpanan uang banyak sekali di bank. Saat ini mereka ada yang tergelatak lemah di rumah sakit. Mereka berharap sehat walau harus dengan menebus kesembuhan dengan semua harta yang dimiliki. Kalau begitu, sehatlah yang mengundang bahagia, bukan harta."
Ada komentar santai begini: "Nah inilah status dari orang yang sejak kecil bercita-cita ingin kaya namun sampai dewasa tidak kaya-kaya. Kelihatan sekali ente ini orang faqir." komentar santai lainnya: "Selamat, Anda adalah orang yang istiqamah dalam dugaan. Sepertinya Anda juga istiqamah sebagai anak kecil, karena orang dewasa selalu berkata bahwa bahagia adalah menerima segala sesuatu apa adanya dengan penuh kelegaan hati."
Menurut Anda, dimanakah sesungguhnya bahagia? Bagiku adalah, salah satunya, ketika Anda memberikan komentar pada status yang saya tulis. Terimakasih pada mereka yang telah membahagiakan saya. Salam, AIM@otw_Surabaya