Dulu, orang kampung atau orang desa selalu saja menjadi target hinaan atau obyek lelucon sarkastik. Muncullah kata "kampungan" dan "ndeso" itu. Sering saya dengar lelucon orang kampung yang membeli kulkas padahal rumahnya tak punya aliran listrik. Katanya, sambil berharap dianggap lucu, kulkas itu dijadikan sebagai lemari pakaian.
Orang kota nasibnya lumayan agak baik karena selalu dijadikan rujukan keberadaban dan kemajuan. Muncullah kata "metropolis, "metrostyle" dan "orang kota" yang merupakan representasi pujian kemodernan. Padahal, banyak sekali hal yang tak kalah "lucu" dari apa yang dilakukan oleh orang desa tadi. Misalnya adalah punya mobil tapi tak punya garasi sehingga mobilnya dijejer di pinggir jalan, mengganggu kenyamanan publik. Contoh lainnya adalah punya smartphone mahal tapi tak paham fungsinya. Contoh lainnya adalah memaksakan membeli barang yang tak dibutuhkan, hanya sekedar demi gengsi saja.
Gara-gara gengsi dan gaya hidup inilah maka pusing dan sakit kepala menjadi penyakit paling dominan akhir-akhir ini. Ada pasangan muda yang kompak datang ke laboratorium karena penyakit pusing akut. Ternyata hasil labnya normal-normal saja. Dokter pun tak melihat ada kelainan medis. Kemudian pasangan muda ini datang ke tokoh agama bijak di kampungnya. Di sanalah mereka mendapatkan jawabannya.
Tokoh agama itu menyarankan agar pasangan ini banyak jalan kaki setiap hari, menghindari berkendara apalagi naik taksi. Disarankan pula banyak makan sayuran, menghindari daging-dagingan dan seafood. Lebih dari itu disarankan agar memantau masakan yang dikonsumsi, lebih baik makan di rumah dan jangan di restoran.
Pasangan ini bertanya kepada tokoh itu tentang penyakit apa sesungguhnya yang dideritanya. Tokoh itu menjawab: "Penyakit gengsi gaya hidup. Gajimu terlalu kecil untuk selalu naik taksi, makan daging dan seafood, serta makan di restoran. Makanya pusing terus." Hahaha, selamat bagi yang gajinya besar ya. Salam, AIM@Ponpes