Guru, Murid Cerdas dan Murid Bodoh
Mengajar itu bukan suatu pekerjaan yang mudah, terlebih jika muridnya adalah orang yang tidak lazim, baik di atas rata-rata atau di bawah rata-rata, terlalu pintar atau terlalu bodoh. Yang terlalu pintar kadang berpikir melampaui apa yang ada di pikiran sang guru,sementara yang terlalu bodoh kadang tak nynung dengan yang dimaksud gurunya. Bagi para guru, nikmati sajalah, kadang di sanalah seni hidup itu bertempat.
Seorang guru dengan bijak berkata: "Jangan pernah engkau gunakan mulutmu kecuali untuk dua hal kalau engkau ingin bahagia, yaitu untuk tersenyum agar keluar dari masalah dan untuk diam agar bisa melewati masalah." Seorang murid yang terkenal pandai dan agak nakal juga bertanya setengah teriak: "Lalu, makannya lewat mana dan bapak mulai tadi mengajar memakai apa?"
Ruangan kelas menjadi ramai dan ribut. Guru yang kebetulan masih baru bertugassatu minggu setengah itu keringatan galau. Seorang murid yang terkenal paling bloon di kelas tidak ikut-ikut ramai. Dià sendiriàn di pojok mengamati keadaan dengan diam setengah tersenyum. Sang guru menanyakannya mengapa diam setengah tersenyum. Murid itu menjawab: "Untuk menyelesaikan masalah dan melewati masalah, Pak Guru." Ternyata jawabannya cerdas juga bukan? Jangan remehkan orang bodoh. Kadang dia menjadi cerdas tanpa diduga-duga.
Besok paginya terdengar kabar bahwa tukang gali kuburan yang baik hati meninggal dunia. Karena rumahnya memang berdekatan dengan sekolah, maka sekolah diliburkan sehari demi menghadiri prosesi pemakaman. Suasana hening di area pemakaman itu. Anak yang dikenal bodoh tadi tiba-tiba mengucapkan kata bijak gurunya: "Inilah bukti nyata benarnya kata guruku. Siapa yang menggali lubang untuk saudaranya, maka dia sendiri yang akan masuk ke dalam lubang itu."
Keluarga almarhum marah tersinggung. Sang guru malu dan diam seribu bahasa. Anak yang kemaren itu sudah dianggap mulai cerdas sedang dianggap goblok kembali karena salah menempatkan kalimat bijak. Sementara, anak itu hanya diam setengah tersenyum. Anda tahu mengapa? Salam, AIM