PENDERITAAN INI KARENA MAUNYA SENDIRI
"Urusan dunia seringkali membuat kita sedih kecewa, namun tetap saja kita sangat serius mengejarnya. Urusan akhirat selalu membuat kita tenang dan damai, namun selalu saja kita lalai mengerjakannya." Lihatlah begitu banyak orang yang pontang-panting mengejar dunia dan lemot terlalu santai ketika diajak bersama urusan akhirat. Lihat saja betapa banyak yang senang lembur kerja, namun menggerutu saat diajak "lembur" dzikir dan ibadah. Karena itu maka hidup menjadi menderita.
Sudah tahu bahwa Pemberi rizki adalah Allah, namun tetap saja mencari dan mengejar rizki sampai menghinakan diri dengan menjadi peminta-minta dan menjual harga diri. Sudah tahu bahwa Allah menjamin rizki semua makhluk hidup, namun ternyata masih saja bersikap tamak sampai menghalalkan segala cara, sikat kanan sikat kiri dengan prinsip yang penting dapat. Karena hal beginilah hidup lalu menderita.
Sudah paham bahwa riski tak pernah tertukar, namun masih saja iri hati dan dengki karena orang lain mendapatkan lebih dari dirinya. Tergeraklah nafsu untuk mendoakan kejelekan untuk orang lain dan bahkan untuk mencelakakan orang lain. Semakin berat pikirannya menghitung nikmat yang diberikan kepada orang lain sampai lupa menghitung nikmat yang didapatnya sendiri. Inipun membuat hati gelisah menderita.
Sudah sering dilihat ada burung yang tak bisa bekerja namun tetap hidup bahagia, bernyanyi dan bersiul sambil melompat dari dahan ke dahan. Melalui hidup burung Allah mendidik kita bahwa bukan kuat yang menjadi syarat mendapat rizki dan bukan pula cerdas, melainkan karena Allah berkehendak. Lalu mengapaa kita menuhankan kehendak kita dan tak mau mensyukuri kehendak Allah? Ini juga membuat derita.
Ingin bahagia dan tak menderita? Kuatkan tawhid, mapankan tawakkal, tafwid dan taslim. Ikuti kehendak Allah dengan penuh syukur. Salam, AIM