PERAMPOK YANG MENYAMAR SEBAGAI AHLI SEDEKAH
Kepala kampung itu memang kaya raya. Tak ada yang lebih kaya darinya di kampung itu. Tanah-tanah strategis pinggir jalan raya adalah miliknya. Warung makan dan mobil travel di kampung itu juga miliknya. Dulunya, pak kepala kampung ini miskin dan melmang keturunan orang biasa-biasa saja. Semenjak menjadi sekretaris kepala kampung, ekonominya naik pesat.
Jabatan memang menjanjikan. Tak heran kalau selalu menjadi rebutan. Kasak kusuk mulai nyaring terdengar bahwa, katanya, hak warga kampung disunat habis. Tak ada bantuan yang diberikan pada warga, semua masuk kantongnya sendiri. Herannya tak ada warga yang berani protes. Tak punya yang bisa diandalkan sebagai beking katanya.
Kepala kampung ini memang pintar. Dari banyak uang warga yang diambilnya, sebagian kecil dibagikan kepada warga tertentu agar tak protes dan agar menjadi corong kebaikannya. Warga diharuskan berterimakasih atas bantuan kebaikannya itu, termasuk terhadap kepeduliannya mengaspal jalan kampung yang sesungguhnya dananya dari kerajaan yang sebagian besar juga sudah dikorupsi olehnya.
Teringatlah saya pada kisah prediktif para tetua adat yang berkata: "nanti akan tiba masanya rotimu dirampas semua oleh perampok, kemudian sebagian kecil rotimu diberikan kembali kepadamu dengan catatan engkau harus berterimakasih kepada perampok itu." Masihkah perampok itu layak dikagumi? Saya memilih mengagumi orang yang rotinya dirampas tapi tetap istiqamah di jalan kebenaran. Salam, AIM@Gha Lish