Pencerah Hati

RESTO LAMA, MAKANAN MODEL LAMA, LAGU LAMA DAN DISKUSI BARU - 08 Oktober 2018 20:53

  • Senin, 08 Oktober 2018 20:53:17
  • Ahmad Imam Mawardi

RESTO LAMA, MAKANAN MODEL LAMA, LAGU LAMA DAN DISKUSI BARU

Malam ini kami ada di Malang, diajak makan malam oleh shahibul wilayah di resto terkuno di Malang, restoran Inggil namanya. Kesan peninggalan Belandanya kuat sekali. Foto di dindingnya adalah foto lama dan lukisan jaman kuno sekali. Dipamerkan pula barang-barang kuna. Saya sempat kawatir jangan-jangan makanannya juga makanan lama alias kadaluwarsa. Alhamdulillah, makanannya bagus walau modelnya juga model lama.

Lagu yang mengalun adalah lagu lama. Katanya, biasanya juga musik tradisional jawa. Malam ini adalah lagu generasi A. Kadir dan Mashabi serta D' Lyod. Setiap selesai lagu, MC menawarkan apakah ada pengunjung yang mau nyanyi. Tak banyak yang maju tapi ada. Ternyata lumayan juga suaranya. Dari meja saya tak ada yang maju karena aliran lagu kami adalah aliran shalawat.

Saat MC berkata: "Yang mau menyumbangkan lagu silahkan maju." Ternyata dari meja saya ada yang maju, namanya BUDDIN, teman akrab Mat Kelor. Kami mengenalnya tak bisa menyanyi. Saya pegang tangannya agar tak maju. Dia bilang bahwa tak enak kalau tak ada yang mewakili dari meja ini. Kami dagdigdug, tapi BUDDIN percaya diri sekali. Benar dugaan kami, suara Buddin tak enak. Tak ada yang tepuk tangan, semua bahkan mencemooh. Ada yang merengut. Mengurangi selera makan kata mereka.

Usai menyanyi, Buddin berkata bahwa sejak awal dia tidak mau menyanyi. Tapi saat diumumkan siapa yang mau menyumbangkan lagu, saya tergerak hati. Saya sadar bahwa sayalah yang bisa membuat SUMBANG semua lagu. Karena itu saya sumbangkan." Naaaah, semua pengunjung tertawa dan memaklumi. Dari pojok resto ada yang tertawa cekikikan sambil berkata: "Inilah MENYUMBANGKAN dalam tafsiran orang Madura." Saya hanya ketawa saja tidak malu karena sama-sama Madura. Bahkan, diam-diam saya bangga akan ke-pede-an Buddin dengan tafsir bahasa yang unik ini. Madura memang unik. Tak mungkin memahaminya tanpa akrab dengan orang-orang Madura.

Meja makan saya memang didominasi oleh cendfkiawan Madura. Kami diskusi hal baru tentang Neutron, nuklir dan fisika komputasi. Kebetulan anak saya akan berangkat ke Thailand untuk workshop Synchotron sekalian penelitian fisika. Salam, AIM