Sampai Kapankah Berjuang?
"Hidup adalah perjuangan." Demikian kalimat yang kita sering dengar. Rata-rata kita setuju dengan kalimat itu. Namun ada pertanyaan sampai kapankah kita berjuang? Kapankah kita bisa menikmati hasil perjuangan? Pertanyaan seperti wajar sekali dan menarik untuk dijawab agar tak lahir rasa putus harapan. Pagi tadi, pertanyaan itu menjadi tema perbincangan di sela sarapan buah bersama istri.
Perjuangan untuk menjadi manusia pilihan tidaklah mengenal akhir kecuali telah sampai pada titik akhir bernama kematian. Menjadi manusia adalah perjuangan karena persyaratan menjadi manusia adalah menggunakan akal dan rsa dalam berucap dan berprilaku. Tidak semua orang adalah manusia dalam definisi ini. Lihatlah mereka yang tega berbahagia di atas derita orang lain. Lihatlah betapa banyak mereka yang mau untung sendiri walau lainnya harus buntung.
Akal dan rasa sangat sering berseteru dengan nafsu. Sungguh sebuah perjuangan berat untuk memenangkan akal dan rasa. Maka lahorlah kata "gelap mata" dan "mati hati" serta "akal tertutup." Ini masih perjuangan menjadi manusia. Betapa berat sekali. Sampai kapan perjuangan ini? Jawabannya adalahvsampau kita tak mau lagi disebut manusia.
Bagaimana dengan berjuang menjadi manusia pilihan? Sungguh lebih dahsyat lagi. Aqidah (keyakinan) yang benar, ketundukan yang tulus serta ibadah (pengabdian) yang lurus menjadi syarat utama. Sampai kapan kita berjuang untuk tunduk dan beribadah? Jawabannya adalah sampai kita berani menjadi manusia durhaka calon menghuni neraka.
Ayo kita berjuang bersama. Mari kita saling mengingatkan dan menasehati. Teruslah saling mendoakan untuk kemerdekaan yang hakiki. Salam, AIM@Best Western Hotel, Malang