Pencerah Hati

Perluaslah Akalmu Agar Semua Masuk Akal - 23 Maret 2017 08:00

  • Kamis, 23 Maret 2017 08:00:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Perluaslah Akalmu Agar Semua Masuk Akal

Lelaki itu kelihatan sedih terus dan gelisah. Tak seorangpun tahu apa yang menjadi penyebabnya karena dia tidak pernah cerita kepada siapapun tentang masalah yang sesungguhnya tengah dihadapi. Orang itu tak pernah percaya pada siapapun setelah beberapa kali dibohongi dan dikhianati. Celakanya, orang lain juga tak percaya padanya karena setiap dipercaya melakukan suatu tugas selalu saja tak diselesaikannya karena terlalu sibuk mengelus dada dan mengusap airmata. Benar juga kata orang Afrika bahwa sesedih apapun kita tak boleh lupa bernafas. Lakukan banyak hal dan jangan fokus pada kesedihan.

Mungkin saja sudah sampai pada titik puncak, culminating point kata orang Inggris atau nuqthah kharijiyah kata orang Arab atau poncana urusan kata orang Madura. Lelaki itu akhirnya mencari nasehat. Dipilihlah orang paling tua yang tak mungkin lagi mengkritik dan memarahi kesalahan orang lain karena sudah sibuk mengkritik ditinya sendiri agar aman menuju alam peristirahatan sebelum alam akhirat. Lelaki itu menyampaikan semua kisah hidup yang dilaluinya yang katanya banyak tidak masuk akal.

Usaha sungguh-sungguh yang dilakukannya ternyata berujung gagal. Ketulusan cinta yang dipersembahkannya kepada wanita pilihannya ternyata bertepuk sebelah tangan. Kejujurannya ternyata berujung petaka. Dan banyak kasus lain yang dihadapinya yang menurutnya keluar dari kaidah nalar sehat. Lalu dia bertanya pada kakek tua itu: "Apa yang harus saya lakukan? Mengapa semua kejadian hidupku tidak masuk akal?"

Jawaban kakek itu singkat, padat, lugas dan jelas: "Anakku, perluas akalmu biar semua masalah bisa masuk. Akalmu terlalu sempit untuk memahami semua peristiwa itu karena akalmu tidak pernah engkau latih berfungsi dengan benar." Lelaki itu terdiam dan menunggu petuah berikutnya tentang cara melatih akal supaya luas. Kakek tua itu diam sejenak dan tatapannya menembus atap pesanggrahan kunonya. Lalu beliau berkata lirih: "Banyak cara yang harus engkau