Pencerah Hati

SULITNYA MENCARI ORANG YANG TULUS DALAM BERSAHABAT - 25 Januari 2021 11:05

  • Senin, 25 Januari 2021 11:05:47
  • Ahmad Imam Mawardi

SULITNYA MENCARI ORANG YANG TULUS DALAM BERSAHABAT

Ada istilah yang sering kita dengar, "pagar makan tanaman." Semua tahu maksud dari ungkapan ini. Ada lagi ungkapan "musuh dalam selimut," kitapun paham maknanya. Kadang, bukan orang jauh yang menikam kita, bukan orang jauh yang menyakiti kita,bukan orang jauh hang mengajak perang dengan kita. Maka ada istilah "perang saudara" dan lainnya. Tak usah kaget, al-Qur'an memberikan bukti sejarah bahwa yang melemparkan Nabi Yusuf kevip ke sumur bukanlah orang jauh, melainkan saudaranya sendiri. Bisakah kita menghindar dari hal swpwrti ini?

Ada seseorang yg berkata pada Syekh Hasan Basri: "Syekh, beberapa orang yang duduk bersamamu ada yang hanya ingin mencari-cari kesalahanmu (bukan niat belajar darimu)." Beliau menjawab: "Tenang saja. Diriku ingin tenang dan masuk surga, maka ku berusaha mencari cara yang tepat untuk itu. Diriku ingin jauh dari neraka, maka aku berusaha sungguh-sungguh mencari cara untuk itu. Diriku ingin selamat dari gangguan dan gitnah manusia, ternyata ku tak temukan caranya, karena mereka banyak yang tidak ridla pada Allah yang memberi rizki padanya, maka bagaimana mereka akan ridla pada makhluk sesama mereka (seperti saya ini)."

Sahabat dan saudaraku, iya benar. Kita sulit sekali menghindar dari bertemu dan berkumpul dengan manusia-manusia yang kehadirannya kadang membuat kita menderita. Tidak semua orang itu tulus, sulit ya mencari orang tulus. Banyak orang yang isti hati dan dengki saat orang lain mendapatkan nikmat dan bertepuk tangan saat orang lain mendapatkan kemalanhan derita.

Tulus itu masalah isi hati, bukan bungkus wajah dan badan. Tulus itu betangkat dari niat yang selalu berorientasi pada kebaikan dan kemasalahat bersama. Tulus itu adalah harapan kebaikan dan kebahagiaan untuk orang lain. Cobalah baca ayat tentang sifat Rasulullah dan hadita tentang kasih sayang beliau keoada ummatnya yang tak sedikitpun ternodai oleh hal-hal negatif. Rasulullah tulus dalam vinta dan kasih sayang kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya.

Kini, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri. Bagaimanakah ketulusan kita kepada keluarga kita, sahabat kita, tetangga kita dan kenalan-kenalan kita? Sudahkah meneladani Rasulullah. Namun jika kita yang menjadi korban ketidaktulusan itu, ya santai saja jalani dan pelajari hikmah di balik peristiwa itu. Imam besar sekelas Syekh Hasan Basri saja tak menemukan cara untuk menghindari kehadiran manusia-manusia tak tulus itu. Salam, AIM