"Surat Cinta Ini Khusus Untuk ...."
Orang ini serius sekali menuliskan surat cinta. Khusyuk sekali dia meletakkan huruf-huruf di kertas bermotif bunga yang ada di hadapannya. Tak ada gerakan toleh kanan toleh kiri. Yang ada hanyalah gerakan kepala menengadah ke atas dan menunduk ke bawah. Terkadang dia menuliskannnya dengan tersenyum, terkadang pula dengan meneteskan air mata. Iya, cinta adalah pertemuan senyuman dan tangisan. Cinta yang minus salah satunya adalah cinta yang tak sempurna.
Tak ada yang tahu kepada siapa orang itu menulis surat. Sepengamatan semua orang lain, orang ini tak pernah menspesialkan orang lain. Baginya, semua makhluk berhak mendapatkan sinaran cinta dan siraman kasih sayang. Andai dia pujangga, tak ada yang heran dia menuliskan surat cinta. Banyak orang yang juga penasaran akan esensi dan gambaran cinta yang terlukis di surat cinta itu. Saat adzan berkumandang, bergegas orang itu menuju shaf jamaah. Ditinggalkannya begitu saja surat cinta yang ditulisnya itu. Ada seseorang yang berkesempatan membaca surat itu. Bunyinya sebagian begini:
"Duhai yang berbahagia saat ku bahagia, duhai yah bersedih saat ku bersedih. Tak ada cinta yang lebih tulus dibandingkan dengan cintamu padaku, cinta yang penuh keselarasan rasa dan keserasian warna. Perhatianmu kepadaku tak pernah berubah, tak berkurang karena zaman dan tak hilang karena beragam kepentingan. Fokusmu hanya padaku, walau saat fokusku bukan untukmu."
Membaca surat itu semakin menjadikan pembaca penasaran tentang siapa pecinta hebat yang dipuji sedemikian dahsyat itu. Seusai shalat, ada yang berani bertanya kepadanya siapa yang telah mencintainya sedemikian tulus itu. Dijawabnya: "Ia adalah hatiku yang jarang kuperhatikan, namun ia senantiasa memperhatikanku. Apa yang kuingin, ia mengikutiku walau harus menanggung sedih. Tapi aku tak pernah peduli dengan apa yang ia mau, padahal yang diinginkannya hanya satu: YAKIN DAN SELALU INGAT ALLAH."
"Sungguh hatiku lebih berhak un