TAMPILAN LUARNYA SHOLIH SEKALI
Sungguh penilaian tepat dan obyektif akan seseorang itu tidaklah mudah. Wajarnya memang apa yang ditampakkan itu merupakan cerminan bagian dalam hatinya. Namun ada beberapa pengecualian untuk kelumrahan semacam ini. Ada beberapa oknum yang bertopeng demi menutupi hakikat dirinya. Para maling dan penipu tak selalu berwajah dan berpenampilan menyeramkan. Bisa jadi senyum dan penampilannya akrab dan rapi. Sungguh hanya Allah yang tahu hakikat diri seseorang.
Paragraf di atas saya sampaikan sebagai pengantar bagi keluhan seorang tamu yang menyampaikan pengalaman tak enaknya. Tamu itu berkata: "Hidup saya penuh dengan ujian besar. Tak henti-hentinya saya didzalimi oleh banyak orang. Kata teman saya, saya terlalu lugu dan mudah percaya. Saat saya terjatuh seperti ini tak ada yang menolongku. Lalu saya putuskan untuk datang ke masjid mengadukan derita ini kepada Allah. Begitu kagetnya saya ketika di masjid itu saya bertemu dengan orang-orang yang mendzalimi saya berada di barisan/ shaf pertama. Kok bisa ya?" Demikian tanya sang tamu.
Saya sampaikan beberapa poin. Pertama bahwa menurut psikologi agama, keberagamaan itu ada dua: keberagamaan intrinsik (tumbuh dari kedalaman dan ketulusan batin) dan keberagamaan ekatrinsik (muncul karena motif luar diri). Ada orang yang pakaian dan tampilan luarnya shalih sekali, namun ternyata senang menipu dan menyakiti orang lain. Nah ini contoh yang ekstrinsik itu.
Yang kedua, tetaplah menjadi baik dan menebarkan yang terbaik. Allah mengetahui segala apa yang kita perbuat. Kebaikan pasti akan mendapaykan balasan baik. Demikian firman Allah dalam al-Qur'an. Semua hak dan milik kita yang dihalangi dan dihambat orang lain akan tetap menjadi hak dan milik kita. Semua hanya soal waktu. Bagi penghalang dan perampas hak serta milik orang lain pasti menuai akibatnya. Sekali lagi, ini hanya soal waktu.
Poin ketiga, karena kita kalau mati tak bisa jalan sendiri ke kuburan, dan ketika sudah di alam kubur kita butuh doa kebaikan orang lain yang masih hidup, maka bersikap tuluslah kepada semua orang. Berikan manfaat kepada sebanyak mungkin makhluk yang bisa kita lakukan. Ketulusan akan tercatat abadi dalam sejarah kebaikan.
Adzan terdengar berkumandang. Kami berangkat uk shalat. Tamu itu gak mau di shaf pertama yang masih ada tempat. Trauma, katanya, takut seperti orang-orang yang mendzaliminya, ungkapnya. Saya tarik ke depan sambil berbisik: "Masih banyak orang baik dan tulus dalam beragama. Imam kita itu orang tulus, dia di paling depan. Sebelah kanan itu adalah dermawan yang luar biasa. Jangan karena kesalahan satu dua orang, kamu memukul rata penilaian kepada semha orang. Bisa kosong shaf pertama masjid." Salam, AIM