Pencerah Hati

BELAJAR HIDUP DARI SANG JUAL JAMU (9) - 14 Desember 2020 16:53

  • Senin, 14 Desember 2020 16:53:17
  • Ahmad Imam Mawardi

BELAJAR HIDUP DARI SANG JUAL JAMU (9)

Sekarang sedang viral istilah crazy rich, sekelompok orang yang kekayaannya luar biasa. Di antaranya adalah masih usia muda, dengan penghasilan milyaran per bulannya. Kalau kita baca di net, gaya hidup mereka adalah jauh di atas gaya hidup wajar manusia lainnya. Semua barang yang dimilikinya berkelas, kebutuhan hidupnya pun memiliki kelas tersendiri.

Seorang pemuda, sebut saja namanya Steve, adalah salah satu dari pemuda kaya perlente dengan jumlah uang 900 juta US Dollar. Berapakah kalau dihitung dalam rupiah? Kalikan saja kira-kira dengan 15.000 rupiah. Mobilnya super mewah dan canggih. Apa yang diinginkannnya tinggal sebut dan tunjuk datang sendiri. Lama-kelamaan Steve tergoda untuk menahbiskan dirinya sebagai penentu jalan hidup. Dia menjadi sombong, arogan dan sok sibuk sendiri.

Suatu saat dia merasa kurang enak badan, lalu dipanggillah dokter dan petugas lab untuk memeriksa dirinya. Betapa kagetnya dia saat dikabari dokter bahwa dirinya mengidap penyakit kanker stadium akhir (4) dan diprediksi hidupnya tinggal hitungan hari saja.

Steve menangis berteriak histeris dan dunia terasa gelap baginya. Hartanya tak lagi punya makna apa-apa. Dokter angkat tangan dan mengatakan bahwa uangnya tak lagi punya manfaat menyelamatkan dirinya.

Saya berpikir, andai saja saya kenal dengan Steve ini, ingin saya bawa dia ke RBS sang penjual jamu kita ini. Bukan saja agar diobati memakai ramuannya, melainkan juga belajar gaya hidup yang benar, santun dan tetap sederhana serta akrab dengan siapapun tanpa pernah merendahkan orang lain walau kekayaannya melebihi yang dimiliki Steve.

RBS kemaren potong rambut. Berangkatlah beliau ke barber shop (salon cukur) sederhana. RBS memakai kaos sederhana bahkan ada bagian yang sobek. Bukan sepatu mahal yang dipakainya melainkan sandal jepit. Tukang cukurnya tak langsung mencukur beliau melainkan bertanya membawa uang apa tidak untuk ongkos cukur. RBS dengan senyum mengangguk. Si tukang cukur tak menyangka RBS sebagai pemilik uang trilyunan, dicukurlah dengan sembrono, bahkan ada bagian yang tidak rata. RBS tak marah dan bahkan menikmati "hal menyakitkan" seperti ini. Tukang cukur menyatakan bahwa cukurannya sudah selesai, RBS bertanya mengapa tidak dipijat seperti yang lain. "Mahal," sahut sang tukang cukur. RBS tersenyum lalu membayar dan pulang.

Tak ada marah pada diri RBS, karena bagi beliau, hidup selalu memiliki makna yang harus diresapi dan dipelajari. Semalam saat kami bertanya model rambut barunya, dengan tertawa RBS berkata: "Model baru Mbah Kiai, model cukuran TAKRATA." Kami semua tertawa: "Hahahahaha." Salut akan kesabaran dan kesantunan RBS. Salam, AIM