BELAJAR HIDUP DARI SANG PENJUAL JAMU (8)
Semalam kami kembali berkunjung ke kediaman RBS sang penjual jamu itu. Pagi-pagi beliau nyatakan kangen bertemu saya. Saya pun menjawab bahwa kangen saya kepada beliau juga sama. Saya bawakan bermacam jenis masakan ikan untuk makan bersama, namun sayang kuah dan bumbu ikannya lupa tak terbawa. Malunya diri saya, namun beliau tetap lahap makan. RBS pandai membahagiakan hati siapapun, berhati-hati kalau bicara serta pantang menyinggung perasaan orang lain. Apakah penjual jamu lainnya seperti itu? Entahlah. Namun saya yakin bahwa di dunia ini masih banyak orang baik, karena itu jangan terbiasa berbutuk sangka.
Ada banyak yang kami diskusikan. Mulai dari jamu racikan beliau sampai dengan virus corona dan masalah kehidupan lainnya. Ada tamu lainnya dari Semarang yang berkehendak memborong jamu beliau. Kebetulan tamu dari Semarang ini adalah asli aktifis jamu yang suka kitim jamu ke luar pulau. RBS dengan sabar menjelaskan beda ramuan dan racikan beliau dengan lainnya. Ada kedahsyatan doa dan ketulusan hati dalam setiap produk PT. DNA ini. Tidak percaya? Buktikan saja. Saya sudah membuktikan.
Dalam diskusi heboh tentang virus corona, RBS banyak diam. Lalu terlontarlah satu pertanyaan: "Siapakah yang memberi nama virus ini virus corona? Dia pasti tahu asal muasalnya." Semua terdiam menunggu ulasannya. Jangan banyak menyalahkan kelelawar dan kadal sebagai sebab. Sejak lama, kelelawar dan kadal itu biasa saja tak berbuat hal keliru. Pertanyaan berikutnya: "Apakah vaksin bisa mencegah corona?" "Tidak adakah potensi alam asli Indonesia yang diciptakan Allah yang bisa mengobati corona?"
Kami tegang menunggu jawabannya yang biasanya "out of the box" atau di luar dugaan banyak orang. Menurut RBS, di mana ada penyakit maka di situ pasti ada obatnya. Allah tak pernah membuat pusing dan sulit manusia. Allah sesungguhnya selalu memberi jalan keluar dari semua masalah manusia. Sayangnya, banyak manusia yang enggan bertanya kepada Allah. Nah, diskusi sudah mulai melangit. Saya diam menghapal setiap kata yang diungkap sang penjual jamu ini. Sering disisipi rahasia hidup secara halus.
Beliau RBS lalu berkata bahwa di bumi pertiwi sesungguhnya bahan-bahan obat untuk penyakit manusia itu sudah lengkap. Semua racikan RBS adalah dari tanah pertiwi tercinta. Pesan RBS: "Jangan tunduk pada virus. Tunduklah kepada Allah. Jangan hanya badan yang bergerak ibadah, gunakan sukma dan rasa." Bagaimana caranya? Panjang ulasannya. Sementara sampai di sini dulu. (Bersambung). Salam, AIM