BUKAN NAMA YANG PALING PENTING

Malam ini saya berkesempatan mengisi acara keagamaan "Isra' Mi'raj" di Asrama Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan. Universitas ini adalah salah satu dari dua perguruan tinggi negeri di Madura. Yang satunya adalah perguruan tinggi Islam, yaitu STAIN Pamekasan. Ada sekitar 1250 mahasiswa yang tinggal di Asrama dengan 5 gedung bertingkat itu. Menariknya, meski bukan perguruan tinggi Islam, asrama mahasiswa UTM ini penuh dengan kegiatan islami.

Saya sampaikan kepada mereka kalimat yang sangat terkenal jaman dulu: "Lebih baik minyak onta cap babi daripada minyak babi cap onta." Tak apa dinamakan kampus umum yang penting islami. Dari asrama ini lahir beberapa qari', juara debat berbahasa Arab, pemain musik islami dan sebagainya. Banyak bertanya kok bisa? Jawabnya bisa panjang. Salah satunya adalah karena universitas umum ini memiliki fakultas keislaman. Mungkin satu-satunya yang model begini. Kedua, banyak dosen dan ustadz yang alumni pesantren dan IAIN (sekarang UIN) Surabaya. Ketiga, universitas ini kental sekali hubungannya dengan para ulama dan kiai.

Dalam acara malam ini saya sampaikan satu hal saja, yakni mengapa Rasulullah ketika sudah bertemu Allah di Sidratil Muntaha masih saja mau kembali ke bumi? Bukankah bertemu Allah adalah kebahagiaan puncak? Bukankah di atas langit lebih damai ketimbang di bumi? Bukankah bumi adalah tempat derita, kesedihan dan ujian?

Jawabannya ada banyak sekali. Di antaranya adalah karena misi Rasulullah bukan mencari bahagia sendiri melainkan bahagia bersama. Hadirnya Rasulullah adalah untuk membahagiakan semuanya. Karena itulah Rasulullah menjadi rahmat bagi segala alam. Sudahkah kita mengikuti karakter Rasulullah yang fokus membahagiakan banyak orang? Ataukah kita masih fokus pada perut dan dada kita sendiri?

Ada lima alasan lainnya. Namun yang satu ini saja belum tentu dibaca dan dikomentari, buat apa dijelaskan semua ya. Salam, AIM@otw Surabaya