Pencerah Hati

GUNUNG, MAKANAN KHAS ARAN DAN KEMATIAN - 03 November 2018 05:01

  • Sabtu, 03 Nopember 2018 05:01:15
  • Ahmad Imam Mawardi

GUNUNG, MAKANAN KHAS ARAN DAN KEMATIAN

Gunung yang saya naiki malam ini masih tetap sama dengan gunung yang saya naiki 3 tahun yang lalu. Jalan rusak dan tak layak dilewati mobil. Perjalanan dari jalan raya sekitar 1,5 jam. Mobil saya diparkir di bawah, di tepi jalan raya. Akhirnya tiba juga di tujuan setelah perut digoncang entah berapa kali.

Jam menunjukkan 21.30 acara masih baru sambutan. Setelah sambutan adalah ramah tamah. Dan kini baru mulai ceramah pertama. Saya kebagian ceramah kedua. Entah jam berapa nanti pengajian ini berakhir. Biasanya, saya tiba di rumah sekitar jam 05.00 pagi. Perjalanan panjang, bukan?

Tapi jalan ini tak seberapa dibandingkan dengan jalan dakwah para nabi dan rasul. Jalan dakwah para nabi dan rasul adalah jalan dakwah yang penuh dengan ancaman dan resiko. Sementara saya malam ini disambut oleh makanan dan buah-buahan. Makanannya pun ada dua jenis, khas Indonesia dan khas Arab. Lho kok bisa ada khas Arab? Kebetulan kebanyakan masyarakat di gunung ini adalah bekerja di Saudi dan Malaysia.

Malam ini saya diminta bicara tentang kematian. Iya, tentang kematian. Teringat kata Syekh Yahya bin Muadz: "Jika kalian ingin mati dalam suatu kondisi tertentu, maka istiqamahkanlah dalam kondisi itu." Salam, AIM