HIKMAH DAN KEBERKAHAN HIDUP
SAAT jarum jam mrnunjukkan waktu setengah enam pagi ini, datanglah tamu teman dan saudara yang tinggal jauh di Situbondo ke gerbang pondok kami. Tamu ini berangkat jam 00.00 WIB tengah malam. Tamu adalah keberkahan, itu kata para ulama dan para sepuh dulu. Beliau serombongan pun membawa rindu dan ketulusan. Beliau adalah orang yang rutin umroh dan haji plus bersama kami. Biasanya tiap tahun dengan membawa serta para tetangganya dan karyawannya. Sungguh seorang yang sangat loman atau dermawan.
Tiga jam kami bercengkerama, berbincang akrab tentang banyak hal, mulai dari tentang pengajian, umroh dan pertanian yang digarapnya selama ini. Beliau adalah juragan tebu dan padi yang sukses sekali. Pertaniannya subur dan bebas hama. Saya tanya apa rahasianya, beliau menjawab: "Air yang saya alitkan ke sawah saya campur dengan air zamzam sedikit dan air doa yang banyak." Luar biasa.
Karena tahun ini beliau tidak berangkat dan tidak memberangkatkan umroh, maka dana perunyukan ibadah umroh ini digunakannya untuk membangun masjid dan mushalla serta membantu orang-orang yang membutuhkan. Entah sudah berapa banyak masjid dan mushalla yang dibangun dan direnovasi oleh beliau. Ini dilakukannya secara kompak bersama keluarga dan saudara-saudaranya yang kebetulan semua disukseskan Allah.
"Uang bisa dicari, persadaraan dan persahabatan harus dijaga kompak, kesempatan beramal belum tentu datang kedua kali karena kematian bisa datang tanpa janji," demikian prinsip hidup beliau. Saya terharu mendapatkan sitaman hikmah seperti ini di pagi ini. Betul-betul tamu yang membawa berkah.
Lalu saya tanyakan amal apa yang istiqamah dilakukannya sehingga bisa sukses seperti ini. Beliau dengan istrinya kompak brrcerita masa pahitnya dulu saat masih taraf ekonomi sulit. Rahasia suksesnya adalah semenjak beliau berdua membahagiakan dan memanjakan kedua orang tuanya. Semenjak orang tuanya wafat, tidak pernah lupa untuk senantiasa shadaqah atas nama kedua orang tuanya. "Sejak itulah, rizki yang Allah berikan kepada kami mengalir deras tanpa henti sampai saat ini," demikian kesimpulan beliau. Inilah hikmah dan berkah dari berbuat baik kepada dan untuk kedua orang tua.
Bagaimana dengan kita? Semoga kita bisa meneladani dan semoga kedua orang tua kita bangga kepada kita sebagai anaknya. Terimakasih kunjungannya, saudaraku Bapak Haji Syamsiadi sekeluarga. Salam, AIM