JANGAN TERBURU-BURU MEMUJI ATAU MENGHINA
Bisa jadi kita pernah memuji seseorang setinggi la git sampai derajat setengah dewa, namun akhirnya setelah melewati rentetan waktu terbukti nyata seseorang itu berada di derajat setengah syetan atau lebih jahat ketimbang syetan. Syetan masih takutcsama adzan, doa dan ayat al-Qur'an. Sementara manusia, kalau sudah tertutup hatinya, adalah berani menantang tukang adzan, melawan perintah al-Qur'an dan memusuhi para pendia.
Bisa jadi kita pernah mengritik dan bahkan menghina seseorang seakan seseorang itu nol kebajikan dan minus peristiwa positif. Namun pada akhirnya tampak nyata bahwa orang itu sesungguhnya penuh manfaat dan penuh kebaikan. Diamnya adalah doa untuk kita dan doanya adalah lantunan harapan indah untuk kita. Tak dipamerkannya apa yang dipersembahkannya pada sekitar, namun sekitarnya menjadi kuat sungguh salah satunya adalah karenanya. Besi yang menjadi penguat utama suatu bangunan sungguh seringkali tak tampak karena tertutupi oleh semen, batu, cat dan lainnya.
Hati-hatilah dalam memuji dan mengkritik. Orang terbaik adalah orang yang kisah hidupnya sering kita puji dalam ucapan dan tulisan, dan beberapa tahun kemudian saat kita mendengar kembali ucapan kita tentangnya atau membaca kembali tulisan kita yang berisi pujian tentangnya maka kita tetap setuju serta tersenyum bangga karena ternyata dia memang berhak mendapatkan pujian itu. Termasuk orang baik pula adalah orang yang kita kritik habis-habisan namun akhirnya beberapa waktu kemudian kita berkewajiban meralat kritikan itu dan menggantinya dengan pujian.
Orang paling tak baik adalah orang yang kita dipaksa oleh penampilan lahirnya untuk memujinya namun pada akhirnya dengan penuh sakit hati dan kecewa harus mencabut pujian itu karena terbongkar semuanya bahwa fakta lahirnya tak sama dengan hakikat batinnya. Orang seperti itulah yang disebut penipu, munafik dan fasik. Na'udzu biLLAAH min dzalik.
Jangan terburu-buru memuji atau menghina. Salam, AIM