Pencerah Hati

KAMPUNG DAN "KAMPUNGAN" YANG KURINDU - 21 Februari 2021 20:18

  • Minggu, 21 Februari 2021 20:18:51
  • Ahmad Imam Mawardi

KAMPUNG DAN "KAMPUNGAN" YANG KURINDU

Kata "kampungan" seringkali berkonotasi negatif. Saat saya baru kuliah di IAIN, saya agak marah saat ada dosen yang mengatakan "kampungan" kepada saya. Saat saya injakkan kaki di Montreal Kanada, hal yang sama terulang, saat ada bule yang melayani mahasiswa Indonesia biasa sambil tertawa menyebut kami "kampungan." Pelan-pelan mengikuti perjalanan waktu saya bertanya ada apa yang salah dengan kampung.

Kampung, bagi saya, menawarkan suasana rukun bersahabat, damai penuh tegur sapa, tebaran senyum dan doa di mana-mana. Kampung bagi saya menwarkan potret kesederhanaan, tampil apa adanya tanpa polesan. Ada kejujuran di sana, ada ketulusan di sana.

Jalan memang tak selebar dan semulus jalan kota, namun kampung menawarkan udara yang sangat segar alami, udara lepas yang melintasi tegal persawahan serta selokan dan sungai. Tadi sore, sehabis berkumpul dengan banyak sahabat dan kerabat, kami jalan-jalan pinggir sawah dan pinggir sungai, tempat saya mandi dan mancing bersama santri waktu kecil dulu.

Istri saya yang kebegulan juga dari desa menikmati jalan-jalan sore tadi. Saya ajak bonceng sepeda, agak ragu dia naik di belakangku, menyangka saya sudah lupa cara mancal sepeda. Kami tertawa bersama sambil memenuhi hasrat rindu kampung. Berikut saya lampirkan foto kami. Kampungan ya? Saya senang kok. Semoga semua sehat bahagia. Salam, AIM dan istri

NB: Malam ini saya mengajak santri mancing di sungai yang kami lewati tadi. Bismillah