Pencerah Hati

Kesamaan Manusia dan Buku - Pencerah Hati 22 Maret 2016 11:15

  • Selasa, 22 Maret 2016 11:15:00
  • Ahmad Imam Mawardi

Kesamaan Manusia dan Buku

Beberapa tahun yang lalu ada orang mau pindahan rumah. Di rumah itu ada beberapa buku (kitab) lama setengah usang milik kakeknya yang sudah meninggal yang sudah siap dibuang. Saya ingat betul judul-judul kitab yang mau dibuang itu, di antaranya adalah al-fiqh 'alaa madhahib al-arba'ah, miizaan al-kubra, al-mughni dan lainnya. Saya ingat karena akhirnya kitab-kitab itu dikumpulkan sahabat saya dan diberikan kepada saya. Luar biasa besar manfaat kitab-kitab itu. Usang sampulnya, tak pernah usang kontennya. Jelek bungkusnya, istimewa isinya.

Beberapa waktu yang lalu saya ke toko buku besar di kota Surabaya ini. Begitu banyak buku terbitan baru. Bungkusnya bagus-bagus dan dibungkus rapat plastik sehingga kadang sulit menebak isinya. Untuk memutuskan membeli atau tidak, biasanya saya cukup membaca komentar orang lain di bagian sampul belakang, di samping judulnya di sampul depan itu biasanya. Seringkali saya tertipu dengan ketidaksesuaian judul dengan isi. Judulnya menarik, isinya membosankan. Sampulnya keren, isinya mengecewakan.

Antara bungkus dan isi ternyata tak selalu sama. Antara judul dan bahasan ternyata tak selamanya sesuai. Manusia juga seperti itu. Jangan menilai manusia dari pakaiannya, dari kendaraannya, dari tampilannya, namun lihatlah hatinya, perilakunya dan kata-katanya. Mereka yang niat hatinya selalu baik, perilakunya menebarkan manfaat, dan kata-katanya bernas alias penuh nilai adalah "buku kehidupan" yang layak selalu kita dekati dan kita baca. Sementara yang sebaliknya adalah bagai jenis buku yang sebaliknya.

Berbahagialah mereka yang menjadi "buku kehidupan yang baik" bagi orang lain, celakalah mereka yang menjadi "buku panduan makar" bagi orang lain. Kita hidup di dunia ini sesungguhnya sedang menulis buku tentang diri kita sendiri. Baguskan isinya, baguskan sampulnya. Jangan hanya baguskan sampulnya, sementara isinya tak layak dibaca orang lain. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya