Sebagian dari kita selalu saja ada yang sakit, baik yang sebabnya diketahui ataupun yang tidak diketahui. Kebanyakan penyakit itu datangnya tiba-tiba, sementara waktu menuju sembuh terasa lama sekali. Dalam hubungannya dengan hal ini, saya teringat kata-kata berbahasa Belanda yang terjemahan bahasa maduranya adalah sebagai berikut: "Datengga panyake' nompa' jaran, pamolena ajalan soko." Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: "Datangnya penyakit itu naik kuda, sementara pulangnya jalan kaki."
Menunggu sembuh kadang sering membuat kecewa karena ekspektasi kesembuhan itu lebih cepat ketimbang reaksi obat yang kita minum. Menjalani terapi kesembuhan terasa lamban dan lambat sekali karena harapan bisa beraktifitas seperti orang yang lain lebih tinggi ketimbang proses penyembuhan itu sendiri. Satu hal yang pasti, penyakit itu punya masa akhir sebagaimana hal lain yang berada dalam naungan hukum dunia. Bersabarlah jika kita sakit, yakinlah ada hikmah yang belum kita ketahui.
Syekh Badi'uzzaman Said Nursi adalah seorang alim yang piawai mengurai hikmah tersembunyi di balik sakit yang diderita manusia. Menurut beliau, sakit bukan hanya cara Allah memberi pahala kepada hambaNya dengan cara diam tak mengeluh, melainkan pula cara Allah mengajarkan kebijakan-kebijakan hidup. Orang yang sering sakit memang lebih berhak berbicara tentang rasa sakit ketimbang orang yang tidak pernah sakit. Orang yang pernah sakit berpotensi lebih empati kepada orang lain yang sakit ketimbang yang tidak pernah sakit. Kalau begitu, sakit adalah bagian dari kuliah kehidupan.
Tetap saja ada yang berkata: "Ya iya sih, tapi jangan lama-lama sakitnya. Kuliah itu lebih cepat lebih baik." Saya kekurangan bahan berkomentar atas komentar ini. Yang jelas, menurut saya, berupayalah sebaik-baiknya untuk mengobati penyakit atas nama mensyukuri sehat, lalu jalanilah apa yang harus dijalani sampai pada waktu yang Allah tetapkan.
Jangan lupa selalu mengingatNya, menyebut namaNya, mensyukuri nikmatNya dan melaksanakan perintahNya karena mau tidak mau pada waktunya kelak kita akan menghadapNya. Orang Arab berkata: "Ghany Maat, Faaqir Maat." Bahasa Madura: "Reng kaya mate, reng faker mate keyah." Bahasa Indonesianya: "Kaya mati, fakirpun mati." Salam, AIM