Pencerah Hati

LIMA KEINGINAN ORANG YANG SEDANG SEKARAT JIKA MASIH DIBERI KESEMPATAN HIDUP (1) - 13 Juli 2021 17:38

  • Selasa, 13 Juli 2021 17:38:07
  • Ahmad Imam Mawardi

LIMA KEINGINAN ORANG YANG SEDANG SEKARAT JIKA MASIH DIBERI KESEMPATAN HIDUP (1)

Berita duka cita kini menjadi hiasan banyak dinding media sosial. Setiap saat terbaca berita mengejutkan, tak jarang ada yang bertanya-tanya ada apa sesungguhnya dengan fenomena akhir-akhir ini. Apakah berkaitan dengan tuanya usia bumi, ataukah berkaitan dengan sikap manusia yang sudah banyak tak sesuai dengan apa yang diharapkan alam. Kematian memang hal biasa, namun kematian beruntun dalam waktu yang relatif sama adalah menyisakan pertanyaan tidak biasa.

Kita masih diberi kesempatan hidup, entah sampai kapan. Kematian sahabat dan saudara kita, tetangga dan kenalan kita harusnya menjadi penyadar kita untuk mengisi usia hidup kita dengan sesuatu yang paling bernilai. Jangan terlambat untuk mempersembahkan yang terbaik karena waktu tak bisa ditarik mundur kembali untuk meralat kesia-siaan yang kita lakukan. Kita akan kecewa dengan kekecewaan yang tak menemukan solusi.

Menarik untuk merenungkan buku Top Five Regrets of the Dying: A Life Transformed by the Dearly Departing comes yang ditulis oleh Bronnie Ware. Beliau sebagai seorang perawat selalu memiliki kesempatan berbincang dengan orang yang sedang sekarat menghadapi detik nafas terakhirnya. Pertanyaan utamanya adalah apa yang akan dilakukannya jika masih diberikan kesempatan hidup. Ada lima (5) hal yang ingin dilakukan mereka yang sekarat itu sebagai respon akan penyesalannya  akan 5 hal yang dianggapnya telah merampas jalan bahagianya selama ini. Apa saja lima hal itu?

Ringkas tulisan, pertama adalah bahwa "kalau masih ada kesempatan hidup, saya akan berupaya berani hidup berdasarkan apa yang saya kehendaki, bukan berdasarkan kehendak orang lain." Iya, banyak diantara kita yang memilih jalan hidup yang dipilihkan orang lain, bukan berdasarkan apa yang sesuai dan nyaman untuk diri kita. Akhirnya, yang didapat adalah kekecewaan. Hiduplah jujur apa adanya, jangan mengada-ada demi mengikuti selera orang lain. Tidak semua yang cocok bagi orang lain adalah cocok bagi kita. Jangan mau hidup terpaksa, kita akan menderita.

Yang kedua adalah "kalau saya masih diberi kesempatan hidup, saya tidak akan bekerja terlalu keras sebagaimana yang telah lalu-lalu." Lho,apa bekerja keras itu jelek? Bukan begitu maksudnya. Bekerja terlalu keras melampaui batas kewajaran adalah membunuh kebahagiaan sejati. Ada kebutuhan esensial lain dalam hidup ini yang perlu dipenuhi. Badan kita butuh istirahat, jiwa kita butuh ketenangan, perasaan kita perlu disenangkan dan lain sebagainya. Begitu banyak orang yang maniak kerja sampai lupa untuk menyapa alam sekitar dan berbagi senyuman? Bahagiakah orang seperti ini? (Bersambung). Salam, AIM