LIMA KEINGINAN ORANG YANG SEDANG SEKARAT JIKA MASIH DIBERI KESEMPATAN HIDUP (2)
Kita lanjutkan kajian kita tentang 5 hal yang baru dibahas dua poin di tulisan sebelumnya. Yang ketiga adalah bahwa "kalau saya masih ada sisa hidup, saya harus berani menyatakan atau sampaikan perasaan saya apa adanya." Banyak yang kecewa selama hidup menjadi manusia setengah-setengah karena tak mau menunjukkan perasaan aslinya. Akibatnya, respon pengertian dari orang lain yang diharapkan tidak kunjung datang sesuai harapan sampai nafas akan berakhir. Perasaan diri adalah bagian dari diri kita. Orang Arab mengatakan "ash-sharaahah raahah" (terbuka apa adanya melegakan hati).
Menyampaikan perasaan kita apa adanya tidak salah. Salah dan benarnya adalah tergantung pada bagaimana dan kapan perasaan itu disampaikan serta bagaimana mengkontrol atau mewujudkannya. Perasaan adalah bagian dari kita sebagai manusia. Sering penyesalan tak menemukan solusi dan jawaban karena mang tidak pernah dinyatakan. Terus teranglah, namun sampaikan dengan tepat dan sopan.
Penyesalan yang keempat adalah tercermin dalam jawaban mereka bahwa "kalau saya masih ada waktu hidup maka saya berharap sekali bisa menjaga hubungan persahabatan dengan teman-teman saya." Banyak yang menyesal dalam bagian akhir perjalanan hidupnya mengapa selama hidup sibuk dengan egonya sendiri melupakan orang lain terutama sahabat dan kerabatnya. Butuhnya kita pada persahabatan itu kebutuhan permanen, kita butuh support dan doa mereka, butuh sapaan dan senyum mereka. Dengan inilah hidup semakin terasa indah dan bermakna. Kalau kita setuju bahwa dunia ini berputar, nasibpun mengikuti musim, posisi kadang di puncak atas dan kadang di bawah, mengapa kita tak selalu menyadari bahwa kita butuh orang lain? Carilah teman yang baik yang berpotensi bisa menjadikan kita lebih bahagia.
Yang kelima adalah bahwa "kalau saya masih ada waktu hidup, maka saya akan selalu mencari cara untuk lebih bahagia." Banyak orang yang gagal menemukan jalan bahagia karena jalannya tertutupi oleh perasaan bersalah yang menghantui, perasaan tak enak, tersakiti, terluka dan terdzalimi yang gak kunjung sirna. Segera move on. Bukalah jalan bahagia dengan bersama orang-orang yang bahagia, mendengar dan melihat apa yang bisa membahagiakan serta mengkonsumsi semua yang menjadikan kita semakin bahagia.
Kalau kita bertahan tetap bersama sesuatu yang membuat kita sedih menderita, kapan bahagianya? Kalau yang kita baca adalah selalu berita yang membuat kita cemas, takut dan sedih, maka kapan kita akan bahagia? "Jangan halangi dirimu untuk bahagia dengan prasangka jelekmu bahwa engkau terlahir memang untuk menderita," demikian saya pernah tulis dalam status medsos saya. Salam, AIM