Pencerah Hati

MENGAPA KITA DIUJI DENGAN BERAGAM MUSIBAH? - 22 Juni 2021 21:10

  • Selasa, 22 Juni 2021 21:10:05
  • Ahmad Imam Mawardi

MENGAPA KITA DIUJI DENGAN BERAGAM MUSIBAH?

Ada yang bertanya apa yang salah dengan dirinya kok selalu saja mendapatkan ujian. Yang terjadi pada dirinya dianggapnya tidak masuk akal karena sepengetahuan dirinya yang dilakukannya adalah hal yang baik-baik saja. Untuk menjawabnya, saya sampaikan kisah yang pernah saya baca sebagai berikut ini.

Seorang penggembala kambing melemparkan batu ke kambing-kambingnya yang bergerak menuju taman rerumputan di sebalah kiri. Dilakukannya karena taman rerumputan itu milik orang lain, jika dimakan oleh kambin itu maka akan terjadi pertengkaran dan permusuhan. Efeknya tak bagus dan tak menyenangkan. Salahkah sangvpenggembala melempari kambing-kambingnya? "Pengetahuan" kambing dan pengetahuan penggembalanya beda. Yang paling benar tetap sang penggembala, dia lebih tahu hakikat masalah.

Perumpamaan di atas merupakan ulasan Syekh Badiuzzaman Said Nursi saat melogikakan mengapa Allah menimpakan ujian dan musibah berupa sakit dan sebagainya kepada hamba-hambaNya. Menurut beliau, semua itu adalah demi mencegah sesuatu yang tidak enak dan tidak mengenakkan yang mungkin terjadi jika Allah tidak "melemparkan" batu ujian kepada hambaNya. Allah lebih tahu, hamba-hambaNya tidak selalu tahu.

Itu baru satu hikmah di balik musibah. Ada beberapa hikmah lainnya lagi yang kesemuanya mengantarkan kita pada kesimpulan untuk tidak mengeluh akan musibah dan ujian. Dunia memang secara hukum alam dicipta sebagai lahan ujian, lahan amal, yang balasannya adalah kelak setelah keluar dari alam dunia ini. Mari kita selalu belajar sabar, bersama dengan orang-orang sabar, saling nasehat dalam kesabaran.

Sabar dan ridla selalu ya saudaraku dan sahabatku. Kita jalani hidup dengan keyakinan prnuh bahwa Allah Mahaadil, Mahapengasih dan penyayang. Semua punya masa, semua punya waktu. Musibahpun nanti akan bertemu dengan titik akhir. Allah senang kepada dan bersama dengan orang-orang yang sabar. Salam, Ahmad Imam Mawardi