MENGAPA TERKADANG WAJAH PASANGAN SUAMI ISTERI TIDAK SEIMBANG?
Semenjak kecil dulu saya sering sekali mendengar komentar tak enak didengar dari beberapa gossiper tentang pasangan suami isteri yang rupa wajahnya tidak sepadan, tidak sesuai, tidak serasi. Sang isteri cantik jelita namun suaminya begitu jelek rupa, atau sebaliknya. "Mengapa Allah kok tidak adil ya," kata sebagian mereka. Bisa jadi komentar ini adalah pertanyan murni karena penasaran akan rahasia yang terkandung di dalamnya, bisa jadi karena iri hati, dan bisa jadi karena lainnya. Namun yang jelas, fakta seperti ini banyak.
Saya berkehendak menulis ini adalah semata-mata karena saya tengah membaca kisah dalam kita Ihya' Ulumiddin karya al-Ghazali yang sangat terkenal itu. Kisah ini membuat saya tersenyum sambil manggut-manggut setengah paham tentang jawaban komentar ketidakserasian wajah para pasangan sebagaimana dikisahkan di atas.
Adalah Imam Ushmu'i yang berkisah bahwa beliau di suatu saat sedang melewati sebuah desa. Di desa itu ada seorang wanita yang paling cantik mempesona yang diperisteri seorang lelaki jelek rupa luar biasa. Al-Ushmu'i bertanya kepada wanita itu: "Mengapa dirimu mau dinikahi lelaki sejelek itu?" Wanita itu menjawab: "Diamlah, begitu jeleknya pertanyaan dan komentarmu. Mungkin saja suamiku itu begitu baik ibadahnya kepada Allah, sehingga Allah menghadiahkan aku kepadanya. Atau, bisa jadi aku memiliki kesalahan kepada Allah sehingga Allah menghukumku dengan dikawinkannya aku dengannya."
Al-Ushmu'i terdiam dengan jawaban itu. Sementara saya masih terus tersenyum membaca jawaban wanita itu, sambil bertanya di dalam hati apakah sesungguhnya wanita itu ridla apa terpaksa menerima sang suami? Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perasaan para pembaca yang kebetulan padangannya tidak serasi dan seimbang dari sisi wajah dan badan? Saya terus tersenyum membayangkan berbagai jawaban yang mungkin ada. Tapi menurut saya sendiri adalah bahwa bukan keserasian wajah dan bentuk tubuh yang sangat penting, melainkan keserasian hati dan keimanan. Setuju? Salam, AIM