MULIANYA AKHLAK PENENTU TINGGINYA DERAJAT
Saya tersentuh sekali dengan kata mutiara Syekh Musthafa Mahmud berikut ini. Ada hubungannya dengan tulisan saya sebelumnya tentang ragam keberagamaan. Beliau berkata:
إذا جاءك المهموم أنصت ، وإذا جاءك المعتذر إصفح وإذا قصدك المحتاجُ أنفق ، ليس المطلوب أن يكون في جيبك مصحف ولكن المطلوب أن تكون في أخلاقك آية
"Kalau ada ada orang tengah bersedih datang kepadamu, diamlah. Jika seseorang datang kepadamu meminta maaf maka berikanlah maaf. Jika seseorang yang membutuhkan bantuanmu datang maka bantulah. Yang diharapkan darimu bukanlah adanya mushhaf (al-Qur'an) di dalam kantongmu, melainkan adanya ayat al-Qur'an dalam akhlakmu."
Jalan salah paham. Ini bukan bermakna bahwa membawa al-Qur'an itu tidak baik. Namun yang terbaik adalah orangvyang kata dan perilakunya sesuai dengan atau berisi nilai al-Qur'an. Cobalah renungkan apa kira-kira komentar banyak orang pada orang yang hafalan teori-teori dan dalil-dalil begitu kuat namun tidak pernah bersikap santun penuh hormat pada orang lain. Orang akan berkata sinis: "pinter ngomong thok"
Tak banyak bicara saat ada orang yang sedih menderita datang adalah akhlak mulia. Salah satu bentuk kepahitan hidup adalah saat kita larut dalam kekalutan masalah, ternyata orang di samping kita berbicara terus tanpa rasa empati. Pahami perasaan orang lain.
Memaafkan kesalahan orang yang meminta maaf kepada kita adalah sikap mulia yang menghargai kemanusiaan. Hanya manusia yang masih manusia dengan kemanusiaan yang bagus yang mampu memaafkan dan mrmaklumi orang lain.
Terakhir, bantulah orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Semua akan tercatat dan terbalaskan pada suatu waktu. Semakin banyak makna hidup kita taburkan untuk orang lain, maka semakin mulia akhlak kita dan semakin tinggi derajat kita. Salam, AIM