Pencerah Hati

NASEHAT PENTING DARI ORANG YANG DIANGGAP GILA - 23 Februari 2021 18:06

  • Selasa, 23 Februari 2021 18:06:12
  • Ahmad Imam Mawardi

NASEHAT PENTING DARI ORANG YANG DIANGGAP GILA

Ini adalah kisah lama sekali, namun pesannya selalu saya ingat sampai kini. Saya ingin share dengan pembaca barangkali ada manfaatnya. Nasehat kadang datang dari orang yang tidak kita duga. Ini tentang ucapan salah satu dari banyak orang unik yang saya jumpai dalam hidup ini.

Saya tidak percaya bahwa orang ini adalah orang gila. Banyak anak krcil yang membuntutinya dan mengolok-oloknya sebagai orang gila. Orang dewasa pun tak banyak yang memperhatikan dan menaruh hormat kepadanya. Kerjaannya adalah berjalan sambil tersenyum, apapun yang dilihat dan dialami, dia pasti hanya tersenyum tanpa kata. Salimin nama panggilannya, entah nama aslinya siapa. Saat ditanya nama aslinya, dia hanya tersenyum. Istirahatnya biasanya di pojokan masjid atau di pagar kuburan.

Ketidakyakinan saya bahwa dia orang gila mulai terbukti saat Salimin tiba-tiba sambil tersenyum bergumam: "Rajekké agung ta' noro' pénterra céthak, tapé noro' benderra até." Artinya: "Rizki agung itu tak ikut pinternya kepala, melainkan ikut benarnya hati." Saya ikut mendengar kata itu diucap. Saat itu kebegjlan saya kebetulan  baru selesai shalat di masjid pinggir jalan, di mana Salimin duduk di sudut belakang sambil menatap kuburan.

Awalnya saya tidak tahu mengapa kalimat itu terucap. Baru setelah beberapa orang saya tanya tentang apa yang terjadi di wkiayah sekitar masjid, saya akhirnya tahu konteksnya, kisah penyebabnya, yakni stress dan kecewanya suami istri yang anaknya yang terkenal paling cerdas sedesa itu gagal mendapatkan pekerjaan yang layak. Peristiwa ini menjadi berita setelah si anak itu juga stress dan masuk rumah sakit jiwa. Salimin yang dianggap gila itu akhirnya berkomentar. Gilakah komentar itu?

Saya lalu teringat pada dawuh ulama terdahulu bahwa kalau rizki itu dibagikan Allah berdasarkan kecerdasan akal makhluknya, maka pasti banyak binatang ternak dan binatang buas yang mati kelaparan. Sapi dan gajah yang tak berakal dan tak sekolah ternyata tetap mendapagkan rizki dan bahkan tubuhnya gemuk-gemuk. Lalu apa yang menentukan jalan rizki seseorang?

Saya mencoba mendekati Salimin, duduk di sebelahnya. Dia menatap wajah saya  lalu tersenyum. Saya membalasnya dengan senyuman juga. Salimin menatap atap masjid lama sekali, sepertinya pandangannya jauh ke atas melampaui atap itu. Dia tersenyum sambil bergumam sendiri: "lébur" (hidup ini lucu dan unik). Saya tak bisa mengorek makna lebih dari kata itu. Takut Salimin marah dan pergi. Saya tidak ingin kehadiran saya mengganggunya.

Saya mencoba memberikan uang kepadanya sebelum saya pergi dari masjid itu. Salimin tersenyum lebar, lalu menyuruh saya memakai isyarat tangan agar memasukkan ke kotak amal masjid saja. Saya bilang untuk uang makan, dia tersenyum sambil menudingkan telunjuknya ke langit. Saya tidak paham. Lalu dia mengambil sepotong kertas kusam dari kopiah hitamnya yang sudah lapuk, dimasukkannya ke pinggiran kopiah saya, sambil berbisik: "rahasianya."

Saya penasaran dan sungguh sangat penasaran. Namun saya tak berani membuka dan membacanya karena belum diperintah Salimin. Apa saya ikut gila karena menunggu perintah orang "gila?" Singkat cerita, karena kopiah saya itu sudah tak layak pakai, terpaksa saya ambil dan pindahkan kertas itu. Saya baca kertas itu, ternyata luar biasa, itulah rahasia tenang menjalani hidup. Salam, AIM